Sadar atau tidak, kita mengetahui bahwa segala sesuatu yang bersifat negatif akan merugikan kita sendiri. Banyak informasi yang sudah diterima bahwa negativitas membuat kita amat banyak rugi. Namun, kita bahkan mengabaikan dan terus saja melakukan. Kita juga mengetahui dengan pasti bahwa hal tersebut pasti akan berdampak buruk bagi kesehatan. Misalnya, ketika pikiran kita selalu menyesali kejadian masa lalu akan menciptakan getaran emosi yang pasti mengganggu kesehatan. Ini terjadi karena semua pikiran yang negatif akan mengganggu kinerja organ dalam tubuh kita. Jantung berdetak tidak normal yang selanjutnya mengganggu kinerja seluruh organ dalam tubuh.
Misalnya, kita sedih karena suatu peristiwa dengan kekasih di masa lalu, kemudian kita malahan suka mendengarkan lagu mello yang 'tampaknya' menghibur dengan mengingat kenangan indah di masa lalu, namun sesungguhnya tanpa sadar kita yang sedang memperbesar energi dari pikiran atau kenangan negatif. Saat kita sedih, kita dengan gampang mencari lagu-lagu yang bernadakan melo. Lagu sepeti ini semakin menarik kita ke alam negatif.
Atau kita melarikan diri dengan menerai situasi lain. Saat kita sedih atau kecewa, kita pergi mencari hiburan, misal ke kafe. Benarkah kita bisa bebas dari kesedihan atau energi negatif?
Sama sekali tidak......
Karena kita lupa bahwa kafe bukanlah pusat energi positif. Dapat dipastikan bahwa semua orang yang sedang berkumpul di kafe adalah mereka yang sedang kekurangan energi. Dengan kita berkumpul dengan mereka, kita terjebak atau semakin tenggelam daam energi negatif yang terkumpul di dalam kafe tersebut. Mungkin sesaat kita bisa melupakan kesedihan, tetapi begitu keluar dari kafe, kita kembali teringat akan kesedihan kita. Bayangkan, sudah kehilangan uang, perasaan negatif masih bersarang dalam diri kita. Solusinya?
Kita harus memiliki sedikit kesadaran bahwa semua emosi negatif adalah energi. Energi negatif sangat terkait erat dengan pikiran/emosi yang sesungguhnya hanyalah reaksi kimia. Dengan kata lain, hanya bersifat sementara. Hal ini baru saya sadari juga setelah selama puluhan tahun belajar di Anand Ashram, Pusat Latihan Meditasi dan Yoga. Tempat yang sangat bermanfaat untuk hidup sehat secara holistik yang didirikan oleh Bapak Anand Krishna.
Negativitas bukan berasal dari luar diri kita. Inilah kesadaran awal yang harus kita miliki. Ya, hanya dengan menyadari hal ini, kita bisa bangkit. Karena bila kita selalu mencari kesalahan pada orang lain atau yang di luar diri, kita lupa untuk maguk ke dalam diri. Kita lupa bahwa selama ini kita menderita karena selalu melihat ke luar diri. Kita telah abai adanya Tuhan Sang Sumber Kebahagiaan juga ada dalam diri, jadi kitalah yang menciptakan penderitaan. Dan lebih parah lagi, kita tidak bisa menghapus pikiran yang bersifat negatif. Solusinya bukanlah membuang, tetapi menerimanya. Selama ini kita telah termakan penyelesaian yang membodohkan bahwa kita harus berpikir positif untuk mengatasi negativitas.
Menerima Negativitas
Sikap positif beda dengan pikiran positif. Sikap positif atau perilaku yang tepat merupakan cara jitu untuk mengatasi negativitas yang berkembang dalam diri kita. Penerimaan bahwa penderitaan atau negativitas adalah bagian dari keutuhan. Ada negatif, baru bisa merasakan positif. Karena ketika kita selalu memikirkan masa lalu berarti kita tidak atau belum move on atau beranjak dari satu peristiwa. Berarti kita belum mengakui bahwa kita harus berpindah pijakan.
Dengan menerima suatu kejadian, kita sedang belajar untuk menyadati bahwa kita tidak akan mengulang peristiwa yang sama di masa akan datang. Belajarlah dari file dalam komputer kita. Tampaknya kita sudah membuang file yang tidak kita inginkan. Namun sesungguhnya oleh mereka yang canggih dalam hal komputer, dengan mudah file-file yang menurut kita telah kita buang, dapat ditarik kembali. Jadi, pikiran negatif tidak hilang ketika kita menumpuknya dengan hal positif. Hanya dengan kesadaran ini, kita berupaya membersihkan file negatif. Inilah proses pembersihana atau cleansing.
Demikian pula pikiran yang 'tampaknya' terhapuskan dari memori kita, namun sesungguhnya masih ada. Sehingga kapan saja ada pemicu, pikiran yang negatif sebagai akibat kejadian masa lalu akan mengganggu kita lagi. Sesungguhnya sema kin ketika kita berupaya menghapus, pikiran negatif tersebuat semain mengakar.