Lihat ke Halaman Asli

Marhento Wintolo

Pensiunan Dosen

Dimensi Tuhan?

Diperbarui: 11 Maret 2024   06:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: sapphirekey.blogspot.com

Saya dibingungkan oleh ungkapan 'Dimensi Tuhan'..........

Lha untuk apa diungkapkan bila tidak bisa dipahami oleh manusia. Hal yang saya buat bingung lagi ketika ada kalimat hubungan harizontal, katanya antar manusia dengan manusia. Hubungan vertikal antara Tuhan dan manusia? Memang bisa?

Dahulu sebelum saya mengerti tentang kata manusia, saya setuju dengan kalimat atau ungkapan tersebut. Namun setelah saya mempelajari makna kata manusia, saya sulit menerima hal tersebut.

Kata manusia terdiri dari dua kata:

  • manas yang berarti pikiran/mind dari bahasa Sanskrit,
  • isya yang berarti Ketuhanan atau sifat keilahian, katakan Tuhan juga boleh.

Tentang kata ISYA boleh saja bila ada yang tidak setuju bahwa manusia adalah manifestasi Tuhan. Tetapi apa pula hak kita tidak percaya bahwa Tuhan juga memanifestasikan diriNya jadi manusia atau makhluk hidup lainnya?

Bukankah dalam salah satu kitab suci yang ditinggalkan oleh seorang nabi juga disebutkan bahwa Tuhan lebuh dekat dari urat leher. Tentang kalimat ini juga membuat saya bingung; urat leher yang mana? Memang bila dimaknai secara harfiah sulit dipahami, tetapi bila didalami dari sudut pandang lain bisa seperti ini:

Bila seorang manusia atau hewan dipotong urat lehernya pasti tewas. Nah bila lebih dekat dari bagian yang membuat manusia/hewan bisa hidup, maka bisa dikatakan bahwa Dia tidak terpisahkan dari manusia. Dengan kata lain, manusia/hewan tidak bisa hidup tanpa Tuhan. Jadinya keduanya tidak terpisahkan............. Alias jadi satu kesatuan.

Nah kembali ke hubungan horizontal dan vertikal....

Bisakah kita pisahkan bila tanpa kehadiranNya daam setiap manusia /hewan kita bisa berhubungan dengan manusia tanpa berhubungan dengan Tuhan?

Celakanya lagi, dalam kehidupan sehari-hari kita melakukan hal sama. Berdoa pada Tuhan tetapi berbuat sewenang-wenang terhadap sesama manusia atau hewan. Bukan kah kita melakukan suatu yang tidak masuk akal?

Kecuali kita memang suka berpikir secara :'AKAL-AKALAN' semata untuk pembenaran atas perbuatan kekerasan yang kita lakukan demi, sekali lagi demi kesenangan indrawi kita. Bila demikian, bagaimana mungkin kita bisa berhubungan dengan Tuhan dalam doa?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline