Lihat ke Halaman Asli

Marhento Wintolo

Pensiunan Dosen

Tiada Seorang pun Tahu tentang Kebenaran Mutlak

Diperbarui: 6 Maret 2024   09:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: https://www.facebook.com/Spiritual

Selama ini yang kita katakan sebagai kebenaran adalah segala sesuatu yang kita anggap menguntungkan kita. Landasan pikiran berasal dari pengetahuan buku, informasi sosial media, dan pendapat sendiri. Sedangkan pendapat sendiri sangat subyektif. Jadi dapat dipastikan tidak bakalan sama, setiap orang punya cara pandang sendiri-sendiri. 

Dengan kata lain, sesungguhnya yang dimaksudkan kebenaran oleh manusia dari sisi pandang masing-masing. Singkat kata, kebenaran di alam ini memiliki banyak sisi. Hal ini disebabkan karena kita masih berda di lapisan kulit luar dari Kebenaran Mutlak. Kebenaran mutlak yang disaksikan oleh para suci, sufi berasal dari pendalaman pandangan nurani, sama sekali bukan dari kulit luaran. Mengapa saya sebutkan Kebenaran Mutlak?

Karena bila Kebenaran jenis ini diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, dapat dipastikan akan membawa berkah bagi seluruh makhluk di bumi ini. Kebenaran yang bersifat kekal abadi tak lekang oleh jaman. Inilah yang disebut Sanatana Dharma, Kebenaran Abadi. Sama sekali bukan kebenaran sementara yang sering berubah. Mungkin saat ini kebenaran tersebut sesuai dengan waktu ini, tetapi kebenaran tersebut tidak pas untuk di masa akan datang. Misalnya kebenaran yang didukung oleh banyak orang, kebenaran mayoritas.

Kebenaran Mutlak berlaku sepanjang manusia hidup di dunia, misalnya tentang pelestarian lingkungan demi kesejahteraaan hidup manusia. Karena kita hanya bisa hidup selama tumbuhan ada. Hewan bisa punah, selama masih ada tumbuhan, maka manusia masih bisa hidup.

Oksigen berasal dari daur ulang tumbuhan. Keluar dari manusia karbon dioksida (CO2) diserap tumbuhan dikeluarkan sebagai oksigen. Tumbuhan memberikan kehidupan bagi manusia dan hewan. Kita bisa hidup tanpa konsumsi daging hewan, protein yang dimiliki hewan juga berasal dari tumbuhan.

Kehadiran matahari memberikan kehidupan bagi manusia dan hewan. 

Kita juga butuh sesama manusia untuk hidup. Ini juga kebenaran mutlak. Bukan kah kita hidup saling bergantung? Misalnya kita produksi sesuatu, bila tidak ada yang butuh, apakah produk kita ada yang beli/butuh? Singkat kata, jangan merasa paling dibutuhkan di muka bumi, setiap orang memiliki peran masing-masing. Kantor yang semuanya jadi majikan, siapa yang berperan untuk bersih-bersih?

Kebenaran Mutlak hanya ada bila diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, bukan hanya filsafat untuk memuaskan pikiran kita sendiri. Para suci, sufi yang telah menyaksikan Kebenaran Mutlak akan diam seribu bahasa. Untuk apa dibicarakan lagi? Setiap hal yang dibicarakan adalah produk pikiran, sedangkan pikiran bersifat memecah belah atau konflik. Bagaimana kita mengetahui mereka yang sudah mengenal Kebnaran Mutlak?

Sangat mudah, perhatikan ucapan dan tindakan mereka. Bila yang mereka sampaikan hanya untuk kesejahteraan/kepentingan bersama berarti mereka telah menyaksikan Kebenaran Mutlak. Mereka selalu menimbang dan memilah yang memberikan manfaat bagi sesama makhluk. Ikutilah mereka, mereka akan membebaskan pikiran kita dari alam bendawi. Mereka sangat memahami bahwa kelahiran manusia disebabkan oleh adanya penyakit pikiran.

Pemberdayaan diri sendiri yang selalu mereka sampaikan, tidak satu pun orang bisa membantu kita selama kita tidak memberdayakan diri sendiri. Dengan pemahaman ini, kita semestinya berkumpul dengan mereka yang terus menerus berupaya memberdayakan diri sendiri. Karena yang mereka bahas dan upayakan merupakan kumpulan energi yang bisa menarik pikiran materi ke level/tingkat yang lebih mulia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline