Lihat ke Halaman Asli

Telusuri Jejak Ramayana di Lombok (Bagian 6)

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Namun, Putri Faradila tidak berani memandang langsung pada laki-laki pendatang itu, karena khawatir penyamarannya diketahui.

Sementara Kacek kembali duduk di dekat Putri Faradila. "Dil, nasinya masih lama. Kita tunggu saja sampai matang," ujarnya.

"Oh ya, semeton mau makan juga?" tanya Kacek pada laki-laki yang duduk di depannya.

"Iya. Lumayan lapar juga setelah capek dari perjalanan jauh," jawabnya pendek.

"Harus sabar dulu, nasinya sedang dimasak," ujar Kacek menjelaskan.

Saat Kacek berbicara dengan laki-laki asing itu, Faradila melihat laki-laki yang duduk di depannya cukup tampan dan sepertinya bukan berasal dari kalangan orang biasa. Dia penasaran dengan laki-laki yang kulitnya terlihat agak putih-putih itu.

Kondisi serupa juga dialami laki-laki asing itu. Dia curiga dengan laki-laki yang duduk di depannya. Dia tak seperti laki-laki. Di dadanya tidak rata seperti kebanyakan laki-laki lainnya. Malahan, kelihatan seperti payudara perempuan yang sengaja disembunyikan.

Selain itu, tangan laki-laki itu putih dan terlihat lembut seperti tangan wanita. Tapi laki-laki asing itu pura-pura tidak tahu. "Oh ya, nama saya Dabok," ujarnya mengenalkan namanya.

"Saya Fadil," jawab Putri Faradila juga memakai nama samaran.

"Niki pesanannya, batur-batur (teman-teman). Silakan dimakan," ujar pelayan warung sambil meletakkan makanan yang dipesan.

Makanan ditaruh di atas piring yang terbuat dari kayu kapuk dan dilapisi daun pohon pisang. Tiga minuman tuak manis yang ditaruh di gelas yang terbuat dari bambu tutul.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline