Lihat ke Halaman Asli

Apa Kata Mereka tentang Air Mata Retak

Diperbarui: 26 Juni 2015   17:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Inilah kecerdasan Marhaeni membalik dunia patriarki dan mengajak kita untuk berpikir holistik, komprehensif, serta mencermati berbagai kemungkinan. Novel yang kaya dengan tamasya ini mampu pula mendeskripsikan seksualitas dengan lembut, penuh metafora yang indah namun tidak vulgar. Isu agama, kepercayaan minoritas, dan lingkungan juga tidak luput dari pengamatannya.

Damairia Pakpahan, feminis dari Yogyakarta

Melalui plot dan gayanya yang padu, Marhaeni Eva seperti malu-malu menunjukkan bakatnya sebagai pengarang wanita yang mandiri tanpa meminta dibopong oleh “penulis hantu” untuk menjadikannya besar, sebagaimana yang diduga telah menjadi praktek tercela dalam sastra mutakhir di negeri ini. Dia membebaskan cinta dari perangkap penuturan yang merendahkan dan memuja seksualitas layaknya sebuah spiritualitas yang harus diagungkan.

Martin Aleida, wartawan, penulis cerpen dan novel

Marhaeni Eva, novelis yang piawai berkisah tentang paradoks. Cinta dan kebahagiaan ditemukan justru dari jurang kekelaman dan lembah ketiadaan masa lalu tokoh novelnya.

J. Sumardianta, Guru SMA Kolese De Britto Yogyakarta
dan penulis buku Simply Amazing

Walau di novel ini, Marhaeni Eva mencoba menjadi tokoh Djati, namun pikir dan tubuh keperempuanannya menghablur ke dalam seluruh kamar penceritaan dan karakter tokoh tersebut. Ia tidak berdiri di papan datar dengan seolah-olah bersikap netral. Ia mencampurnya, dengan hasrat(-gairah) pribadi dan etika universal, serta menubrukkannya tepat di depan pagar nilai masyarakat yang luhur dan rapi itu. Inilah cara efektif untuk melawan rejim feodalisme dan patriarkhalisme.

Teuku Kemal Fasya, dosen Antropologi Universitas Malikussaleh Lhokseumawe.

Menggugah empati. Mangaduk emosi. Dalam. Mengejutkan. Menonjolkan sensualitas yang agung.
Mahasiswi Komunikasi, Fisipol, UGM

Keren. Menakjubkan. Berani menampilkan gagasan-gagasan luxurious dan memberikan tantangan pada pola pikir yang pada umumnya masih logosentris.

Kamil Alfi Arifin
Aktivis mahasiswa Universitas Islam Indonesia




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline