Laut dalam dengan lingkungan yang ekstrim tetap memiliki segudang organisme unik dengan adaptasi yang beragam. Bathypterois sp. atau dikenal sebagai ikan tripod mampu berdiri di substrat dasar laut menggunakan siripnya. Selain itu, ikan tripod menggunakan sirip tersebut untuk mencari makanan, alih-alih menggunakan matanya. Kok bisa gitu? Yuk simak lebih lanjut mengenai ikan tripod!
Laut merupakan habitat berbagai organisme. Hal tersebut disebabkan oleh kondisi laut yang terbagi menjadi lima zona, yakni yang paling atas zona epipelagik, di bawahnya zona mesopelagik, kemudian bathypelagik, abyssopelagik, dan paling dalam hadopelagik. Perbedaan zona laut tersebut disebabkan oleh perbedaan intensitas matahari, suhu, tekanan, oksigen, dan kandungan nutrien, yang mengakibatkan berbagai organisme mendiami zona yang berbeda sesuai dengan adaptasi mereka. Semakin dalam laut, semakin ekstrim pula keadaannya, yakni semakin sedikit intensitas mataharinya, semakin rendah suhunya, semakin tinggi tekanannya, semakin berkurang kandungan oksigennya, dan memiliki kandungan nutrien yang berbeda. Dengan begitu, organisme yang hidup di perairan yang semakin dalam akan memiliki adaptasi yang berbeda dan lebih ekstrim untuk kelangsungan hidupnya.
Organisme yang menghuni laut dalam memiliki karakteristik yang berbeda-beda sebagai bentuk adaptasinya. Hal tersebut berhubungan dengan pemangsaan dan penghindaran dari predasi di lingkungan tanpa matahari. Dengan tujuan tersebut, organisme laut dalam perlu berkamuflase dan beradaptasi. Adaptasi yang dimiliki organisme laut dalam antara lain, memiliki tubuh yang transparan dan dapat menyamai warna lingkungannya; memiliki tubuh yang berwarna (monokrom atau warna lain) dan/atau dapat berpendar; memiliki struktur tubuh khusus, seperti mata yang tereduksi atau sirip yang termodifikasi; dan/atau merupakan hermafrodit. Organisme yang memiliki struktur tubuh khusus yang akan dibahas kali ini merupakan ikan tripod atau tripod fish (Bathypterois sp.).
Ikan tripod atau tripod fish merupakan ikan laut dalam bentik yang beradaptasi dengan keadaan dasar laut. Ikan tripod berasal dari famili Ipnopidae dan genus Bathypterois. Ikan tripod terdiri dari 19 spesies yang berbeda. Ikan tripod tersebar di seluruh bumi pada laut dalam beriklim sedang dan tropis pada kedalaman 250—6000 m. Adaptasi dari ikan tripod antara lain, hermafrodit; mata yang tereduksi; dan yang paling menonjol adalah sirip pektoral (dada), pelvik (perut), dan ekor yang termodifikasi. Ikan tripod memiliki mata yang tereduksi karena matanya tidak berguna dalam mencari sumber makanan di laut dalam yang gelap. Alih-alih menggunakan mata, ikan tripod menggunakan sirip yang termodifikasi untuk fungsi tersebut. Sirip dada dari banyak spesies Bathypterois berbentuk memanjang pipih—yang dapat menyentuh dasar laut—yang dilengkapi dengan saraf yang berpusat di tulang belakang. Dikarenakan adanya saraf, sirip dada yang memanjang hingga dasar laut ini berfungsi sebagai sensor untuk berburu dengan mengetahui pergerakan mangsa. Sirip dada tersebut dapat diposisikan tegak atau maju ketika sedang ‘berdiri’ di atas substrat dasar laut. Selain itu, ikan tripod juga memiliki sirip perut dan ekor yang termodifikasi menjadi panjang pipih hingga dasar laut, sehingga dapat membantu ikan ‘berdiri’ di atas substrat. Berbeda dengan sirip dada, sirip perut dan ekor ikan tripod tidak memiliki sistem saraf. Semua sirip tersebut dilengkapi dengan bantalan di ujungnya yang berfungsi untuk melindungi sirip ketika bersentuhan dengan dasar laut. Meskipun sirip-sirip tersebut dapat membuat ikan tripod ‘berdiri’ di dasar laut, sirip tersebut tidak dapat berfungsi sebagai pergerakannya ketika sedang periode berenang. Sirip-sirip tersebut hanya berfungsi untuk stabilisasi ketika ingin atau pada saat periode landing dan mencari mangsa di substrat dasar laut. Berikut pergerakan ikan tripod di substrat dasar laut:
Berikut visualisasi ikan tripod di substrat dasar laut:
Adaptasi ikan tripod pada siripnya berhubungan dengan makanan yang tersedia di laut dalam. Ikan tripod merupakan filter-feeder, yakni memakan suspensi air laut yang berisi plankton bentopelagik (plankton yang berenang bebas dekat dengan dasar laut). Plankton bentopelagik tersebut mampu ikan tripod deteksi menggunakan sirip yang termodifikasi. Sirip tersebut dapat bergerak tegak atau maju untuk ‘berdiri’ pada dasaran laut dan mulai mendeteksi mangsa. Akan tetapi, ikan tripod juga dapat mengonsumsi mangsa yang lebih besar yang berada di kolom air yang lebih tinggi. Hal tersebut terjadi pada Bathypterois grallator yang difasilitasi dengan elemen ekor dan perut yang memanjang, sehingga mampu mencapai ketinggian yang diinginkan untuk memakan mangsa pada kolom air.
Ikan tripod juga bersifat hermafrodit sebagai bentuk adaptasi hidup di dasar laut dalam. Hermafrodit merupakan istilah ketika organisme memiliki dua organ kelamin yang berfungsi penuh sebagai jantan dan betina. Sifat hermafrodit yang dimiliki ikan tripod membuat periode pemijahan (spawning) dapat berlangsung lebih lama. Diketahui juga, proses berkembang biak ikan tripod dapat terjadi kapan saja/sepanjang tahun tanpa musim-musim tertentu (continous breeding). Akan tetapi, karena lingkungan laut dalam yang sangat ekstrim, membuat ikan tripod hidup secara soliter dan sulit menemukan pasangan untuk terjadi fertilisasi. Dikarenakan hal tersebut, ikan tripod mampu menghasilkan sel telur dan sperma secara bersamaan dan melakukan self-fertilization atau fertilisasi sendiri untuk tetap menghasilkan anakan. Dengan begitu, ikan tripod dapat bertahan hidup di lingkungan laut dalam yang ekstrim dengan adaptasinya sebagai hermafrodit dan kemampuannya dalam melakukan continous breeding.
Sebagai konklusi, ikan tripod (Bathypterois sp.) merupakan ikan laut dalam yang unik karena bentuk adaptasinya. Sirip yang memanjang membuat ikan tripod mampu berdiri di dasar laut untuk mencari makanan. Penggunaan sirip sebagai sensor tersebut membuat ikan tripod tidak memerlukan matanya lagi (matanya tereduksi) karena lingkungan laut dalam yang ekstrim tanpa cahaya matahari. Selain itu, ikan tripod juga dapat mempertahankan hidup dan keturunannya di lingkungan ekstrim dengan bersifat hermafrodit. Beberapa adaptasi itulah yang membuat ikan tripod dapat hidup di laut dalam.