Lihat ke Halaman Asli

Margaretha Klara Mote

Mahasiswa Ilmu Pemerintahan Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta.

Kasus Rasisme Samakan Natalius Pigai dengan Gorila

Diperbarui: 30 Januari 2021   19:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hukum. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Natalius Pigai merupakan seorang aktivis Papua serta merupakan mantan Komisioner Komnas HAM yang mendapatkan serangan rasis, Natalius Pigai mengaku sudah berulang kali menjadi korban rasisme. 

"Saya terus terang saja. Gini, orang yang rasis sama saya ini sudah jutaan,"selasa malam (26/1), dilansir dari RMOL.

Diketahui bahwa pelaku sikap rasisme yaitu seorang politisi Partai Haruna Ambrosius Nababan. Berawal dari unggahan status Ambrosius lewat akun media sosial menuliskan bahwa vaksin sinovac itu dibuat untuk manusia, bukan untuk gorila apalagi kadal gurun. 

"Karena menurut UU gorila dan kadal gurun tidak perlu divaksin. paham/" demikian bagian kutipan tulisan Ambrosius yang pernah menjadi caleg Hanura pada pileg 2019 dengan daerah pemilihan papua tersebut. Tulisan Ambrosius disertai dengan foto Natalius Pigai.

Natalius Pigai melaporkan kasus rasisme ini kepada Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Jenderal Lloyd Austin hal ini menuai sekali banyak kontroversi dari berbagai pihak.

Lloyd Austin merupakan pria kulit hitam pertama yang menduduki jabatan pertama Menhan AS, yang posisi jabatannya Jendral Bintang Empat di bawah kabinet Presiden AS Joe Biden.

Natalius Pigai sengaja melaporkan permasalahan ini kepada Jendral AS untuk menggingatkan bahwa kerap kali otoritas Indonesia berbuat rasis terhadap Papua serta banyaknya pelanggaran hukum yang dilakukan pemerintah Indonesia terhadap rakyat papua dari tahun ke tahun.

"Soal rasisme terhadap orang Papua itu bukan baru. Tahun 1945, pada saat BPUPKI sidang, itu Muhammat Hatta menyampaikan pandangan antropologisnya," ucap Natalius Pigai dalam acara talk show bertajuk "Ketika Pigai Bertikai" di iNews Room, Selasa (26/1).

Pigai juga mengatakan bahwa, secara antropologi, menurut pandangan Hatta, orang Papua berbeda DNA dengan orang Melayu.

"Dalam kisah sejarahpun terbukti dengan usulan Hatta yang dimana pada Tahun 1970-an, Ali Murtopo, dedengkot CSIS, menyatakan bahwa orang Papua kalau mau hidup, cari aja di Pasifik," kata Pigai.

Adapun fakta-fakta yang membuktikan bahwa kasus rasisme ini bukanlah permasalahan yang baru terjadi tetapi sudah lama terjadi, seperti berikut ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline