Lihat ke Halaman Asli

Stigma Terhadap ODHA dan Dampaknya Terhadap Akses Layanan Kesehatan

Diperbarui: 11 Desember 2024   14:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) merupakan salah satu kelompok dalam masyarakat yang mendapat banyak stigma buruk. Penyakit ini dianggap memalukan dan berbahaya sehingga banyak masyarakat yang tidak mau hidup berdampingan dengan mereka. Para penyandang HIV/AIDS, khususnya di Indonesia menghadapi berbagai tantangan, terutama dalam bidang medis. Selain itu, tantangan yang mereka hadapi juga berkaitan dengan struktur sosial-ekonomi. Struktur sosial dan kapitalisme dalam masyarakat membentuk ketimpangan yang signifikan dalam bidang kesehatan sehingga menghambat upaya penyembuhan dan pencegahannya.

Kelas Sosial dan Ketimpangan Akses Kesehatan
Dalam bukunya yang berjudul Understanding Health: A Sociological Introduction, Barry dna Yuill menjelaskan bahwa kelas sosial memiliki pengaruh yang besar pada akses individu terhadap layanan kesehatan. ODHA di Indonesia mengalami berbagai hambatan dalam memperoleh penanganan medis yang memadai. Mereka yang berada di daerah terpencil atau kelompok kelas ekonomi bawah harus menghadapi keterbatasan fasilitas kesehatan dan keterbatasan sumber daya untuk memperoleh layanan kesehatan yang diperlukan. Perbedaan layanan fasilitas kesehatan di kota besar dengan daerah rural semakin memperburuk ketimpangan dalam pengobatan HIV/AIDS. Akibatnya ODHA yang berada pada kelas bawah cenderung mendapatkan pelayanan dengan kualitas yang lebih rendah.

Dampak Kapitalisme Terhadap Determinan Sosial HIV/AIDS
Selain kelas sosial, Barry dan Yuill juga menyebutkan bahwa kapitalisme mendorong terjadinya ketimpangan kesehatan karena lebih mengutamakan keuntungan ekonomi dibandingkan dengan kesejahteraan sosial. Para pekerja seks, pengguna narkoba suntik, atau migran adalah orang-orang yang termasuk kedalam golongan rentan karena mereka tidak memiliki akses pada perlindungan sosial dan pendidikan kesehatan yang memadai. Mereka tidak mampu mengakses kesehatan atau pengetahuan untuk menghindari HIV/AIDS. Mereka berada dalam lingkungan kerja dengan resiko tinggi untuk terpapar penularan HIV. Selain itu, ketidakstabilan ekonomi yang mereka tanggung dapat memicu stres dan berdampak pada kesehatan mental dan fisik mereka. Kesulitan mereka dalam bekerja membuat mereka semakin sulit dalam mengakses layanan kesehatan.

Stigma Sosial dan Diskriminasi
Di Indonesia, stigma terhadap ODHA masih sangat kuat yang menyebabkan mereka rentan terhadap diskriminasi. ODHA dianggap sebagai kelompok yang menyimpang dan tidak bermoral, seperti penggunaan narkoba dan seks bebas. Hal ini membuat mereka semakin jauh dari kelompok masyarakat dan semakin terpinggirkan. Termasuk juga dalam pelayanan kesehatan, ODHA mengalami diskriminasi ketika berobat sehingga perawatan yang mereka terima tidak maksimal. Akibatnya beban psikologis mereka semakin bertambah dan kesulitan dalam mengakses layanan kesehatan yang ramah ODHA. Hal tersebut menyebabkan pemulihan mereka semakin lama.

Lingkaran Ketimpangan Kesehatan
Struktur sosial dan kapitalisme dalam masyarakat menimbulkan adanya ketimpangan yang sulit dihapuskan. ODHA berasal dari kelas bawah menghadapi berbagai kesulitan dalam memperoleh perawatan untuk pemulihannya. Pada akhirnya mereka akan kesulitan dalam menangani penyakitnya dan berakibat pada penurunan kemampuan mereka dalam bekerja untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Hal inilah yang menyebabkan kondisi perekonomian ODHA kelas bawah semakin buruk, terutama kualitas hidup mereka. Ketika mereka tidak dapat memenuhi kebutuhannya, mereka akan semakin sulit dalam mengakses layanan kesehatan sehingga resiko akan penyakit yang diderita akan semakin tinggi.

Upaya Reformasi dan Tantangan
Barry dan Yuill juga menjelaskan bahwa perlu diadakan reformasi struktural dalam menghadapi ketimpangan karena adanya kapitalisme. Upaya dalam menangani kasus ODHA di Indonesia adalah dengan pemberian pelayanan BPJS Kesehatan untuk memfasilitasi perawatan mereka. Tetapi masih ada beberapa tantangan yang masih dihadapi, seperti layanan kesehatan yang tidak merata, sistem kesehatan yang kurang mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat, dan juga stigma yang diberikan oleh masyarakat kepada ODHA.
Tantangan yang dihadapi oleh ODHA ini menunjukkan bahwa selain memberi fasilitas kesehatan yang memadai, perlu adanya kebijakan yang lebih inklusif bagi ODHA. Kebijakan yang lebih inklusif itu diharapkan dapat menghapus stigma dan diskriminasi yang mereka hadapi. Salah satu contoh langkah yang dapat dilakukan adalah dengan memberi dukungan yang sosial dan pendidikan kesehatan mengenai HIV/AIDS. Selain itu, perlu adanya sosialisasi secara menyeluruh kepada masyarakat bahwa penularan HIV/AIDS tidak terjadi melalui jabatan tangan atau kontak fisik lainnya, bahkan percikan ludah tidak menyebabkan penularan tersebut.
Untuk itu sebagai masyarakat kita perlu memberikan dukungan, baik secara fisik maupun moral kepada ODHA. Sangat penting juga untuk kita mengetahui bagaimana penularan HIV/AIDS (melalui hubungan intim, berbagi jarum suntik, donor darah dari pengidap HIV/AIDS, atau dari ibu kepada bayi melalui persalinan dan menyusui). Dengan bekal pengetahuan mengenai HIV/AIDS, kita dapat mengurangi stigma negatif kepada ODHA

Daftar Pustaka

Barry, A., & Yuill, C. (2002). Understanding Health: A Sociological Introduction. London: Sage.

Nadlifuddin, M. I. (2023). Restorasi Sosial Stigma Masyarakat pada Orangan dengan HIV/AIDS (ODHA) oleh Dinas Sosial DIY. PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerja Sosioal Vol.23(1), 19-36.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline