Lihat ke Halaman Asli

Margaretha

A passionate learner - Ad Astra Abyssoque.

Tao Te Ching (Bab 38 - 60)

Diperbarui: 11 April 2022   19:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://theculturetrip.com/asia/china/articles/action-in-inaction-the-taoist-philosophy-of-wu-wei/

Bab 38. Berpegang pada yang utama dalam Tao

Kebajikan luhur tidak tampak sebagai kebajikan, tetapi justru inilah kebajikan sejati.
Kebajikan rendah ditampilkan agar kelihatan, maka ini bukanlah kebajikan yang sewajarnya.

Kebajikan luhur tanpa dilakukan tanpa berbuat (Wu-Wei), namun tidak ada yang tidak diselesaikannya.
Kebajikan yang rendah dilakukan berdasar pamrih, namun banyak yang belum diselesaikannya.

Kebajikan luhur karena Kemanusiaan (Ren) adalah tindakan tanpa pamrih.
Kebajikan luhur karena Kebenaran (Yi) adalah tindakan dengan niat.
Kebajikan luhur karena Ritual (Li) adalah tindakan tanpa niat,
orang-orang harus diseret dan dipaksa untuk melakukan ritual.

Maka,
Tanpa Tao, orang mulai bertindak dari kebajikan.
Kurangnya kebajikan, orang mulai bertindak dari kemanusiaan.
Kurangnya kemanusiaan, orang mulai bertindak dari kebenaran.
Kurangnya kebenaran, orang mulai bertindak dari ritual.

Barangsiapa yang bertindak karena ritual menjadi kurang loyal dan sulit dipercaya,
Inilah awal dari kekacauan.
Barangsiapa yang percaya ritual hanya bertindak berdasarkan "gaya bunga" Tao (tampak di permukaan/superfisial)
Inilah awal dari kebodohan.

Oleh karena itu,
orang-orang hebat selalu berpegang pada yang utama,
menghindari apa yang tampak hanya di permukaan,
memelihara yang berbuah, menghindari apa yang tampak hanya berbunga-bunga.
Dari itu orang Bijak mengutamakan keluhuran budi (ada di dalam) dan mengabaikan keindahan (tampak di luar).

Bab 39. Kemanunggalan dalam Tao

Hal-hal di masa lampau yang telah mencapai kemanunggalan dalam Tao, terjadi sebagai berikut:
Langit, setelah mencapai kemanunggalan, akan menjadi cerah
Bumi, setelah mencapai kemanunggalan, akan menjadi damai
Roh-roh, setelah mencapai kemanunggalan, akan aktif (menjadi dewa-dewi)
Lembah, setelah mencapai kemanunggalan, akan berlimpah
Segala hal, setelah mencapai kemanunggalan, akan menjadi bernyawa (produktif)
Para pemimpin, setelah mencapai kemanunggalan, akan menjadi pilar dunia (ditinggikan).

Selanjutnya,
Jika Langit tidak cerah, suatu hari mungkin akan terbelah
Jika Bumi tidak damai, suatu hari mungkin akan runtuh
Jika roh-roh tidak aktif (menjadi dewa-dewi), suatu hari mungkin akan layu
Jika lembahnya tidak melimpah, suatu hari mungkin akan kering
Jika segala hal tidak bernyawa (produktif), suatu hari mungkin akan punah binasa
Jika para pemimpin bukan menjadi pilar, tapi hanya menyenangkan dan memegahkan diri sendiri, suatu saat mereka akan dijatuhkan.

Maka,
Yang mulia harus menjadikan kerendahan hati sebagai akarnya.
Yang tinggi harus menjadikan yang rendah sebagai dasarnya.
Itulah sebabnya para pemimpin (dalam Tao) menyebut diri mereka sendiri sebagai "yang terpisah", "yang kesepian", atau "yang tidak digaji"
Bukankah dengan demikian membuat kerendahan hati menjadi akar mereka?

Bagian-bagian yang terpisah-pisah tidak bisa menyusun kereta.
Jadi, jangan berusaha seperti batu giok yang berkilauan,
tapi kokoh seperti batu yang sederhana.
(penghargaan yang tinggi seperti tidak ada penghargaan sama sekali)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline