Lihat ke Halaman Asli

Margaretha

A passionate learner - Ad Astra Abyssoque.

Sehat Mental dan Mampu Beradaptasi Selama Krisis Pandemi

Diperbarui: 8 Juli 2020   20:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Krisis akibat pandemi COVID-19 dialami secara global. Bukan hanya resiko persoalan kesehatan fisik, namun hal ini juga menjadi krisis kesehatan mental setiap manusia yang berada di dalamnya. 

Setiap orang harus berhadapan dengan berbagai situasi stress; dari tertekan dengan perubahan rutin, kehilangan pekerjaan, tidak pergi sekolah, sibuk dengan tuntutan baru di rumah, terbatasnya interaksi sosial, himpitan ekonomi, persoalan kesehatan fisik yang mulai mempengaruhi kondisi psikologis, hingga ancaman-ancaman hidup lainnya yang bisa dihadapi manusia di saat krisis ini.

Maka, semua orang harus bertanya pada dirinya sendiri: “bagaimana saya mengelola semua stress yang saya tengah hadapi ini?”

Kita perlu berjuang untuk mencapai ketangguhan atau resiliensi psikologis dalam masa krisis ini. Dalam menghadapi stress, atau sering disebut kemampuan coping stress, tiap manusia memiliki perbedaan kemampuan dan gaya. 

Dalam hal kemampuan coping, ada manusia yang cukup mampu mengelola stress hidupnya secara mandiri. Ada juga yang akan membutuhkan bantuan orang lain, seperti keluarga atau teman, paling tidak untuk memberikan telinga untuk mendengarkan atau memberikan masukan. 

Tapi ada juga yang tidak mampu menyelesaikan stress sendirian, butuh dibantu oleh tenaga professional, misalkan: psikolog, psikiater, konselor atau pemimpin agama. 

Semuanya adalah alamiah, dalam masa krisis, ada sebagian dari kita yang akan membutuhkan bantuan orang lain, ada yang sudah bisa menyelesaikan sendiri. Tidak apa-apa.

Jika ada yang membutuhkan bantuan, maka penting untuk tahu kemana mencari bantuan. Untuk konseling dan layanan psikologi, kita bisa mencari kontak asosiasi profesi psikologi (misalkan HIMPSI untuk psikologi) di internet, lalu mengontak layanannya. Saat ini, layanan psikologis dapat diberikan secara online (lewat telepon, atau internet call).

Dalam hal gaya coping, kita juga berbeda-beda. Ada yang lebih memilih mencari cara untuk langsung menyelesaikan masalah (solution focused coping), misalkan: mulai berkurangnya pemasukan dari travel yang tidak lagi aktif, maka mencari sumber pemasukan lain dengan berjualan makanan siap antar. 

Ada juga yang lebih menggunakan gaya pengelolaan emosi atau merubah pikiran dan perasaan untuk menyesuaikan diri dengan kondisi yang dihadapi (emotion focused coping). 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline