Lihat ke Halaman Asli

Cici Sabarofek

Mahasiswa Doktoral Pengembangan SDM Unair, Dosen Universitas Papua

Local Heroes: Seorang Jaksa Perempuan

Diperbarui: 20 Agustus 2024   17:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mahasiswi Angkatan 2023 

Helena Octavianne, S.H., M.H., CSSL sekarang menjabat sebagai Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari) Garut, Provinsi Jawa Barat. Dia membawa pengalaman dan kompetensinya yang telah terasah dalam karirnya, termasuk sebelumnya selama 1 tahun bekerja di Kejaksaan Negeri Jambi sebagai Asisten Pengawasan (Aswas). Sebagai seorang jaksa perempuan, Helena tidak hanya memastikan penegakan hukum, tetapi juga membuat keadilan yang mempertimbangkan gender dan perlindungan anak, dua masalah yang kerap kali terabaikan dalam sistem hukum kita.

Saya bersyukur dapat berkomunikasi dengan Helena sebagai teman kuliah saya dalam program doktoral Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) di Pascasarjana Universitas Airlangga. Di tengah kesibukannya sebagai penegak hukum, Helena tetap berkomitmen untuk kuliah. Dia memiliki semangat belajar dan pengembangan diri yang luar biasa. Ini adalah semangat yang ia bawa ke dalam pekerjaannya di Garut, dimana ia tidak hanya bertindak sebagai pemimpin yang tegas namun juga sebagai pembela hak-hak yang rentan dilanggar.

Di kalangan (kelas) kami, Helena dikenal sebagai orang yang sangat cerdas secara akademis tetapi juga memiliki empati yang dalam terhadap masalah sosial. Dia tidak hanya berdedikasi untuk keadilan gender dan perlindungan anak, tetapi dia juga percaya pada pentingnya membangun masyarakat yang adil dan setara. Helena kerap kali mengangkat masalah tentang bagaimana hukum dapat mempertimbangkan dan memenuhi kebutuhan perempuan dan anak-anak, terutama mereka yang menjadi korban kekerasan.

Helena sebelumnya menghadapi banyak tantangan sebagai Kajari Padeglang, salah satunya adalah tingkat kekerasan terhadap perempuan dalam kasus rudapaksa tahun 2023 yang sempat viral di media sosial. Namun, Helena, dengan latar belakang akademis yang kuat dan pengalaman praktis yang luas, berhasil memimpin dengan cara yang mengutamakan keadilan substansial. Ia menjamin bahwa kasus yang melibatkan perempuan dan anak-anak ditangani dengan sangat sensitif, dengan kepentingan dan keselamatan korban di atas segalanya. Dengan slogannya no viral no education dan pada masa kepemimpinannya diresmikannya posko akses keadilan bagi Perempuan dan Anak itu adalah implementasi dari edaran Jaksa Agung nomor 1 tahun 2021, posko tersebut tidak ada tindakan hukum namun hanya sekedar untuk curhat, memberikan nasehat, motivasi, dan memberikan akses kepada korban perempuan ataupun anak dan juga pelaku anak karena banyak pelaku anak kemungkinan ada situasi dan lingkungan akhirnya terjerumus dalam tindakan kejahatan. Kepemimpinannya selama Pandeglang menunjukkan kepedulian sosial dan ketegasan, dengan mengejar penegakan hukum yang adil dan mendorong pencegahan kejahatan melalui pemberdayaan masyarakat dan pendidikan.

Kepemimpinan Helena juga menunjukkan betapa pentingnya keberagaman dalam posisi strategis penegak hukum. Helena membuka jalan bagi perempuan lain untuk berani meniti karier di bidang yang sama karena dia berhasil mendobrak stereotip di dunia hukum yang masih didominasi oleh laki-laki. Ia menunjukkan bagaimana seorang jaksa perempuan dapat berkontribusi besar dalam membangun sistem hukum yang lebih adil dan manusiawi jika mereka memiliki integritas, keahlian, dan empati.

Sebagai teman kuliahnya, saya melihat langsung bagaimana Helena sebagai sosok pribadi yang berkomitmen pada pengembangan diri dan pencapaian yang lebih tingi dengan mudah menyeimbangkan tanggung jawab akademis dan pekerjaannya. Hal ini menunjukkan bahwa Helena adalah individu yang berdedikasi untuk kemajuan profesional dan akademis.

Helena Octavianne adalah individu yang menggabungkan keahlian hukumnya dengan kepedulian sosial. Dia mengembangkan pendekatan penegakan hukum yang didasarkan pada nilai-nilai keadilan yang asli selain undang-undang. Dengan menjadi pemimpin Kejari di Garut, dia menunjukkan harapan bahwa hukum Indonesia dapat menjadi lebih masuk akal, adil, dan memperhatikan orang-orang yang paling rentan.

Anda selalu menginspirasi dan aku merasa terhormat menyebut anda sebagai temanku.

Selamat atas kesuksesan yang pantas untukmu kakak ibu Helena Octavianne, S.H., M.H., CCSL




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline