Sudah banyak orang yang tahu apa itu Hangeul. Hangeul adalah aksara Korea yang diciptakan oleh Raja Sejong pada 9 Oktober 1443 dan dirayakan hari jadinya sampai sekarang. Jadi pada hari ini, 9 Oktober 2014, merupakan tanggal merah di Korea. Warga Korea sangat bangga dengan Hangeul yang diciptakan oleh rajanya sehingga pada tanggal 9 Oktober dirayakan sebagai Hari Hangeul dan Kedutaan Korea di negara lain juga membuat acara untuk merayakan Hari Hanheul dengan mengenalkan Hangeul lebih luas kepada dunia. [caption id="" align="aligncenter" width="560" caption="Hangeul (sumber: visitkorea.or.kr)"][/caption] Pada awalnya, aksara yang digunakan oleh Korea adalah Hanja, yaitu aksara Tiongkok dengan pelafalan bahasa Korea. Pada zaman dahulu, orang Korea yang bisa membaca Hanja hanyalah kaum yangban (bangsawan) karena mereka diajarkan semenjak kecil, sedangkan rakyat biasa tidak bisa karena mereka tidak diperbolehkan membaca Hanja. Rakyat biasa yang tidak mempunyai akses pendidikan ini akhirnya dibiarkan menjadi buta huruf. Atas dasar itulah, Raja Sejong membuat aksara Korea berdasarkan pengucapan yang disebut Hangeul. Hangeul diciptakan oleh Raja Sejong pada 9 September 1443 dan mulai diperkenalkan kepada rakyat biasa pada 1446. Nama Hangeul berasal dari 2 huruf, yaitu Han (한) dan Geul (글). Han berarti besar atau hebat. Geul berarti alfabet. Sehingga Hangeul dapat diartikan sebagai 'alfabet yang hebat'. Awalnya Hangeul disebut Humminjeongeum, yang berarti alfabet yang tepat untuk diajarkan pada rakyat. Awalnya Hangeul memiliki 28 huruf, namun sekarang Hangeul memiliki 14 huruf mati dan 10 huruf hidup. Pada awal pengenalannya, kaum yangban menentang keras penggunaan Hangeul sebagai aksara Korea. Kaum yang ban takut akan "rakyat yang berpendidikan" karena adanya Hangeul ini. Mereka takut rakyat menjadi paham mengenai banyak hal karena mereka bisa membaca buku-buku yang menggunakan Hangeul. Kaum yangban tetap menginginkan penggunaan Hanja sebagai aksara yang digunakan di Korea sehingga penggunaan campuran Hanja dan Hangeul masih digunakan sampai masa penjajahan Jepang. Pada masa penjajahan Jepang, Korea mulai menggunakan Hangeul secara utuh sebagai bahasa pemersatu. Pada akhirnya, Hangeul tercatat oleh UNESCO pada 1997 sebagai Memory of the World. Sumber: http://english.visitkorea.or.kr/enu/SI/SI_EN_3_6.jsp?cid=631659 (dengan perubahan)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H