Lihat ke Halaman Asli

Margareta Siska

Universitas PGRI Kanjuruhan Malang

Kemandirian Ekonomi Melalui Industri Tempe di Desa Jambuwer

Diperbarui: 28 April 2024   05:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Dokumentasi Pribadi)

Jambuwer merupakan salah satu desa yang terletak di kaki Gunung Kawi, Kabupaten Malang. Desa ini merupakan daerah dataran tinggi sehingga sebagian besar mata pencaharian penduduknya disektor pertanian dan perkebunan. Namun tidak banyak orang yang mengetahui bahwa didesa jambuer terdapat industri tempe rumahan yang merupakan satu-satunya produsen tempe di desa jambuwer. Industri tempe yang bergerak sejak 1991 ini didirikan oleh sepasang suami istri bernama Pak Toyo dan Bu Darni. Dalam sehari mereka dapat menghabiskan 40 kg kedelai yang akan diolah menjadi tempe.

 Untuk proses pembuatan tempenya sendiri sama seperti pada umumnya yang memerlukan beberapa tahapan. Tahap yang pertama yaitu mencuci biji kedelai dengan air mengalir, selanjutnya biji kedelai yang sudah bersih akan direbus kurang lebih selama 30 menit. 

Setelah mengalami proses perebusan kedelai akan direndam dengan air dingin selama satu malam sampai menghasilkan kondisi asam. Setelah dirasa sudah dalam kondisi asam, keping kedelai dicuci sekali lagi kemudian dimasukkan kedalam dandang dan ditanak hingga matang. 

Setelah matang, kedelai akan dihamparkan diatas tampah hingga menunggu dingin. Proses selanjutnya adalah fermentasi dengan pemberian ragi. Setelah diberi ragi, kedelai kemudian dibungkus menggunakan plastik dan disimpan hingga menjadi tempe.

Biasanya Pak Toyo dan Bu Darni memproduksi tempe mulai dari pukul 2 hingga pukul 5 pagi. Tempe yang disudah jadi akan dijemput tukang sayur setiap paginya, terdapat 15 tukang sayur yang sudah menjadi langganan dengan industri tempe Pak Toyo dan Bu Darni. 

Memiliki kualitas yang baik dan satu-satunya industri tempe di desa Jambuwer, menjadi salah satu peluang kemandirian ekonomi bagi Pak Toyo dan Bu Darni. Meskipun pernah gagal hampir satu bulan dalam merintis usaha tempe, tidak menjadikan keduanya patah semangat mereka terus bangkit dan berusaha. Kegigihan Pak Toyo dan Bu Darni dalam menjalankan usaha tempe mereka patut diapresiasi.

Satu bungkus ditempe dijual seharga Rp. 2.500.00, dengan harga murah konsumen mendapatkan kualitas tempe yang baik dan rasa yang gurih. Inilah salah satu faktor kunci keberhasilan mengapa industri tempe Pak Toyo dan Bu Darni masih bertahan dan sukese hingga saat ini. 

Mereka selalu menjaga kualitas tempe walaupun pembuatannya masih menggunakan alat-alat tradisional. Selain membuat tempe, mereka juga seringkali mendapat pesanan kripik tempe ketika hari raya. 

Konsumen biasanya memesan kripik tempe untuk dijadikan suguhan dimeja ketika hari raya. Hal ini menjadikan omset tambahan bagi Pak Toyo dan Bu Darni. Industri Tempe yang sudah mandiri ini tentunya menjadi salah satu daya tarik dibidang kewirausahaan selain kopi di desa Jambuwer. Kesimpulan Kunci sukses dari usaha Pak Toyo dan Bu Darni terletak pada beberapa hal diantaranya:

1. Kualitas. Mereka selalu menjaga kuliatas tempe dengan menggunakan kedelai premium.
2. Harga terjangkau. Tempe seharga Rp. 2.500 / bungkus, termasuk relatif murah dibandingkan dengan harga dipasaran. Hal ini yang membuat tempe mereka mudah dijangkau oleh masyarakat.
3. Kreativitas. Tak hanya memproduksi tempe, mereka juga menerima pesanan kripik tempe saat hari raya, menambah omzet dan menarik minat konsumen.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline