Lihat ke Halaman Asli

Pandemi yang Membuat Benua Biru Terpuruk

Diperbarui: 1 April 2020   10:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Black Death. Wabah mematikan yang tidak terdengar lagi pada zaman sekarang. Wabah ini juga dikenal dengan wabah pes. Wabah tersebut terkenal karena merajalela di tanah benua biru.

Penyebab dari wabah ini sebenarnya hal yang sepele, yaitu kawanan tikus yang berada dimana-mana. Wabah ini disebabkan oleh sejenis kutu tikus. Tidak dibutuhkan kontak fisik untuk bisa terjangkit kutu itu, pakaian yang berdekatan saja bisa menjadi alasan untuk kutu tersebut hinggap ke korban selanjutnya. Ditambah dengan fakta bahwa dokter-dokter pada masa itu tidak ada yang tahu cara mencegah, maupun mengobati penyakit pes ini. Hal yang lebih menakutkannya lagi, sampai sekarang ini para ilmuwan masih bingung bagaimana tepatnya wabah pes itu bisa menjalar kemana-mana dengan cepat. 

Banyak sumber yang mengatakan bahwa asal dari wabah ini bukanlah Eropa, melainkan Tiongkok. Sehingga, selain Eropa yang terpuruk paling parah, rupanya wabah pes ini juga menerkam berbagai negara lain dalam perjalanannya, seperti India,Persia, Mesir, hingga Indonesia.

Wabah ini mendapat nama 'Black death' karena salah satu gejala yang paling menonjol adalah bagian-bagian tubuh sang pasien yang lama-kelamaan berubah menjadi hitam. Gejala-gejala awal dari penyakit ini tidak menakutkan, seperti flu lazim. Namun perlahan-lahan semakin parah, dan bagian-bagian tubuh orang tersebut akan menjadi hitam, ada yang bengkak, dan lainnya.

Wabah ini awalnya tidak ada sama sekali di Eropa. Wabah tersebut mulanya datang dari sebuah kapal dagang yang mendarat di kota Sicily, Italia. Mayoritas dari kapal yang datang tidak hanya membawa barang-barang dagangan, namun juga membawa tikus serta mayat dari nahkoda kapal tersebut. Orang-orang yang masih hidup di kapal tersebut pun juga menunjukkan tanda-tanda masa hidup yang tinggal sebentar. 

Sehingga, orang-orang kota yang melihat hal mengerikan tersebut merasa ada yang tidak beres dengan keberadaan kapal tersebut. Mereka cepat-cepat mengusir kapal tersebut dari dermaga mereka. Namun tanpa sepengetahuan mereka, kapal-kapal dagang lainnya yang biasanya datang ke pelabuhan tersebut juga membawa kejutan yang sama.

Pada masa kepanikan yang disebabkan oleh Black Death ini, terjadi kekacauan dimana-mana. Orang-orang sehat menolak untuk melihat, apalagi menemui dengan orang yang terjangkit penyakit ini. Dokter menolak untuk merawat pasien, pedagang menutup toko-tokonya. Banyak orang kabur ke pedesaan. Alhasil, usaha mereka tetap saja sia-sia. Selain manusia, Black Death juga mengenai hewan-hewan ternak. Sampai-sampai ada masa dimana Eropa kekurangan bahal wol yang dihasilkan oleh domba dan kambing.

Seperti yang tadi saya katakan, tidak ada obat pasti dari penyakit ini dikala itu. Banyak "dokter" yang melakukan hal-hal aneh untuk mencoba menyembuhkan penyakit ini, seperti  bloodletting dan boil-lancing,  hal-hal yang sebenarnya membahayakan nyawa dan tidak higenis. Ada juga cara takhayul untuk "mengobati" penyakit tersebut, yaitu membakar bahan-bahan herbal atau mandi dengan air mawar atau cuka.

Dikarenakan kepanikan, ketidakpastian, serta kekurangannya pengetahuan medis orang pada masa itu, mereka beralih anggapan. Bahwa Black Death ini bukanlah sesuatu yang medis, melainkan sebuah hukuman dari Tuhan. Jadi menurut logika, cara untuk menyelesaikan wabah ini adalah dengan mendapatkan pengampunan dari Tuhan. Ada sebagian orang yang percaya bahwa caranya adalah mebasmi orang jahat serta orang yang mereka anggap bersalah. Contohnya, pada tahun 1348-1349 ribuan orang Yahudi dibantai. Ada juga orang-orang yang "menghukum diri sendiri" dengan cara saling memukul satu sama lain dengan benda-benda tajam dan keras. Hal ini dilakukan bak pertunjukan. Mereka adakan di satu kota, setelah itu berpindah ke kota lain, dan melakukan hal yang sama lagi. Untungnya, tindakan-tindakan tersebut perlahan-lahan berhenti.

Untuk wabahnya sendiri, sebenarnya penyakit pes ini tidak pernah selesai. Hanya berkurang saja korbannya. Menurut WHO, sampai sekarang ini masih ada 1.000-3.000 kasus wabah ini tiap tahunnya.

Fun Fact:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline