Lihat ke Halaman Asli

ruangduniaku

Sepatah kata yang terlintas dalam benak

Kisah Kasih Mbak Santri

Diperbarui: 15 Maret 2022   07:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

      Kulihat jendela kamar tampak sekelompok burung melintasi langit pagi yang cerah. " Zahro Ayo Berangkat Diniyah!". Teriak Anis temanku yang membuat diriku terbangun dari lamunan "Ah iya ada kelas nahwu hari ini kita harus cepat bergegas jika tidak nanti kita akan terkena takziran". Hari yang indah seindah keberuntunganku,  nampaknya sang ustadz belum terlihat di dalam kelas. "Assalamualaikum" ucap ustadz Hilmi selaku kepala Diniyah AR Rahman setelah memasuki ruang kelas "Wa'alaikumsalam" jawabku serentak " Perkenalkan ini ustadz Ali pengganti ustadz Rahim karena beliau sedang sakit, sekian terima kasih ."  Ustadz Ali mempunyai pesona yang membuat santriwati terhipnotis, wajahnya yang  cerah, hidungnya yang mancung, kulitnya yang matang ditambah dengan lesung pipinya yang elok nan menawan.

      Selain menuntut ilmu di kelas aku mengabdikan diri kepada keluarga ndalem. Hingga tiba saat di mana diriku dengan putra sang kiai yang kerap di panggil Gus Umar ini telah terjebak dalam kerumitan hati yang tak bisa diutarakan oleh apa pun. Hari berganti hari, bulan berganti bulan tak terasa empat tahun berlalu. Perasaan yang tak seharusnya tumbuh tak kunjung sembuh, sedikit harapan yang seharusnya tak kumimpikan muncul, wanita mana yang jika diperlakukan bak putri tak jatuh hati meskipun hanya sebatas seorang santri biasa.

      Udara dingin menyelimuti malam, keheningan memenuhi seluruh ruangan, namun pikiranku tak kunjung sinkron, hafalan yang sejak tadi ku pegang hanyalah sebagai pajangan belaka. Satu hari yang berat telah berlalu tanpa hadirnya, besok pagi sudah lagi tak ku buatkan kopi manis untuk sang putra kiai. " Zahro tidur besok jamaah subuh jangan sampai terlambat, oke!" Bisik Anis yang lagi-lagi selalu membuyarkan lamunanku " Siap, boskuh!" balasku sambil bergegas ke tempat tidur. 

      Seperti biasa pagiku di awali dengan menyapu ruangan ndalem, menyiapkan sarapan, mencuci pakaian, dan hal yang sekiranya bisa kulakukan untuk keluarga pak kiai. " Mbak" Panggil sorang kang santri yang berdiri di pintu belakang sambil mengulurkan tangannya yang berisikan amplop putih yang mungil itu, " Apa ini kang? Lantas untuk siapa jni? Dan dari siapa?" Jawabku spontan " Ini surat buat mbak pesannya di baca saat sendiri, wajib dibalas dan berikan padaku" Ujar kang Ali " Nggeh" jawabku singkat. Kang Ali beliau yang saat itu pernah mengajar nahwu di kelas diniyah untuk menggantikan ustadz yang berhalangan hadir. 

      Karena ini di lingkungan pesantren untuk menemukan tempat di mana aku bisa membaca surat hanyalah di kamar mandi, setelah menyelesaikan semua tugasku sebagai abdi ndalem, aku langsung bergegas ke kamar mandi yang tentunya bukan untuk mandi melainkan untuk membuka amplop putih yang mungil itu " HAH!!" Teriakku kaget " Sungguh apakah ini mimpi? Ataukah sungguhan tidak mungkin apakah benar ini dari beliau Gus Umar?" gumamku dalam hati. Seketika aku meneteskan air mataku, antara bahagia dan sedih telah berkecamuk menjadi satu. Berkat Kang Ali komunikasiku dengannya sangatlah lancar, aksi balas membalas surat berlangsung selama Gus Umar pergi ke luar kota karena di utus sang kiai yaitu ayahnya untuk mengurus pesantren yang ada di kota itu.

       Saat aku sedang membuat secangkir kopi hangat, tiba-tiba ada seseorang datang di belakangku sehingga mengalihkan perhatian, " HAH!!" Teriakku sedikit tertahan dan membuat kopi yang sedang kubuat tergelincir dari tanganku, pemandangan yang mengagetkan karena tidak ada informasi apa pun bahwa beliau telah pulang dari luar kota. Namun beliau hanya tersenyum dan hanya mengatakan " Buatkan saya kopi seperti biasa"

      Kebahagiaan yang seharusnya tak kumiliki datang kembali, namun tak lama hatiku dihancurkan hanya dengan obrolan singkat sang ayah dengan sang putra meskipun sang ayah sudah mengetahui bagaimana hubungan putranya denganku dan tak menutup kemungkinan bahwa bisa diakui aku termasuk santri yang memiliki kelebihan dalam menyerap ilmu yang telah diberikan selama mengaji kepadanya. Hal pertama yang kudengar hanyalah fakta bahwa Gus Umar akan di jodohkan dengan putri satu-satunya dari teman ayahya karena permintaan teman ayahnya dengan alasan yang kuat hingga ayahnya tak bisa menolak, jikalau beliau menolak maka akan terjadi suatu hal besar yang membuatnya tak nyaman. Di saat bersamaan Gus Umar sedang berusaha menolak secara halus namun hasilnya nihil.

      " PRANK!" Suara gelas yang terjatuh dari tanganku, " ah bodohnya aku" gumamku dalam hati. Sesegara mungkin kubereskan pecahan gelas itu dan bergegas keluar, di sana tampak Gus Umar melihatku dan hendak mengejar namun beliau tahan karena tempatnya yang tidak tepat, " Argh" ucap Gus Umar frustasi sambil mengacak-acak rambutnya yang hitam legam. Secepat kilat aku meninggalkan tempat itu dan bergegas ke kamar mandi hanya untuk menangis, karena hal yang telah kutakutkan telah datang dan sungguh ini sangat sakit menjalar keseluruh bagian tubuhku tanpa terkecuali. Kakiku tak kuat lagi untuk menahan berat tubuhku hingga ku terjatuh duduk di lantai kamar mandi menangis tersedu-sedu diiringi suara gemercik air kran yang sama derasnya dengan air mataku. 

      Tak seorang santri yang tahu hubunganku dengan Gus Umar selain Kang Ali sahabat dekat Gus Umar, yang secara otomatis mengetahui bahwa hubunganku dengannya sedang berantakan. Suatu hari di warung tak sengaja bertemu dengan Kang Ali dan beliau hanya bisa menatap tanpa kata yang biasanya meledekku dengan sahabatnya sekarang hanya bisa diam karena tahu hubungan sahabatnya itu sedang tidak baik-baik saja.

      Kabar perjodohan sang putra kiai pun langsung tersebar luas ke seluruh penjuru pesantren. Aku hanya bisa menahan sekuat tenaga untuk terlihat baik-baik saja, hingga suatu hari di mana Gus Umar menemuiku dan berkata " Maafkan aku...." kepalaku tak bisa kuangkat akibat bendungan air dalam kelopak mataku dan pompa dalam jantungku kian meledak namun aku hanya bisa terdiam sampai beliau pergi meninggalkan diriku sendirian. Setelah sekiranya Gus Umar balik badan dan beranjak pergi aku hanya bisa terjatuh duduk dan meluapkan tangisku yang telah ku tahan sejak tadi, Sugguh lemah dan bodohnya diriku mencintai seorang yang tak seharusnya ku gapai adalah hal yang paling menyakitkan sekalipun saling mencintai.

      Satu hari sebelum pertunangan mereka berdua, aku pamit untuk mukim dan pulang ke rumah dengan alasan dipanggil untuk mengajar di sebuah madrasah kecil. Setelah mendengar kabar tersebut dari Kang Ali, Gus Umar langsung mengejarku hingga ke terminal dan pada saat bersamaan beliau berpapasan dengan sang calon istri di depan gerbang namun beliau mengacuhkannya, hal ini membuat sang calon istri penasaran akhirnya membuntuti Gus Umar. Saat sampainya di terminal setelah di telusuri akhirnya bertemu denganku dan beliau berkata, " Please Zahro jangan tinggalkan aku seperti ini, tolong tinggal lebih lama lagi, aku hanya bisa mencintaimu seorang.." Matanya mengucapkan hal yang sama namun hal ini tak bisa dilawan karna diriku hanyalah seorang santri biasa, " Tidak bisa, aku harus pulang dan mengajar di madrasah, anak-anak membutuhkanku!" jawabku terlihat tegas " Bohong! Aku tahu kamu berbohong! Maafkan aku Zahro, akan saya buktikan akan saya perjuangkan ayo kembali bersamaku.." jelas Gus Umar, dilihat dari mataku memang sangat terlihat jelas aku sedang berbohong " Tidak bisa Gus ini sudah keputusan saya dan engkau tidak bersalah tak perlu minta maaf, sekali lagi permisi saya mau pulang dan bus akan segera berangkat. Ah iya terima kasih karena telah meluangkan banyak waktu untukku, dan terima kasih telah menjadi penyemangat hidupku untuk waktu yang singkat itu, semoga engkau bahagia, Assalamu'alaikum Gus.." Jelasku singkat sembari menahan air mata " Tidak jangan pergi!.. Maafkan aku..!" teriak Gus Umar. Aku hanya bisa terdiam dan menangis lagi, sungguh lemah diriku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline