Lihat ke Halaman Asli

Desember

Diperbarui: 1 Januari 2017   02:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Selalu ada, yang bernyanyi dan berelegi

Dibalik awan hitam

Semoga ada, yang menerangi sisi gelap ini

Menanti, seperti pelangi

Setia menunggu hujan reda

Penggalan lagu berjudul Desember dari salah satu band negeri ini, Efek Rumah Kaca, mengalun pelan dari audio tape mobilku. Sejenak aku termenung. Desember merupakan bulan terakhir dalam penanggalan kalender masehi, yang sering ditunggu-tunggu oleh banyak orang. Diantaranya bonus akhir tahun, lalu ada diskon akhir tahun di pusat-pusat perbelanjaan, libur panjang tahun baru, hingga perayaan khidmat bagi umat Kristiani yang merayakan Natal.

Bagi diriku sendiri, bulan Desember punya arti yang berbeda. Karena di bulan ini, aku kerap mendapatkan peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi hidupku.

***

Peristiwa pertama yang menimpaku saat bulan Desember terjadi di tahun 2012. Di tahun tersebut, ibuku meninggal dunia setelah hampir dua tahun berjuang melawan penyakit yang dideritanya. Aku masih ingat, saat itu aku baru saja menjadi mahasiswa di salah satu perguruan tinggi di kota ini.

Aku tidak percaya ibu pergi untuk selama-lamanya. Aku masih merasa peristiwa ini hanya mimpi. Namun hingga datangnya hari pemakaman ibu, akhirnya aku sadar bahwa aku harus menerima kenyataan.

Hari pemakaman ibu tidak akan pernah aku lupakan. Aku tidak menangis. Tapi hatiku hancur. Hingga sesi pemakaman selesai, aku hanya diam sambil mengepalkan tanganku kuat-kuat. Mulai bulan Desember tahun inilah, Desemberku menjadi kelabu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline