Selalu ada, yang bernyanyi dan berelegi
Dibalik awan hitam
Semoga ada, yang menerangi sisi gelap ini
Menanti, seperti pelangi
Setia menunggu hujan reda
Penggalan lagu berjudul Desember dari salah satu band negeri ini, Efek Rumah Kaca, mengalun pelan dari audio tape mobilku. Sejenak aku termenung. Desember merupakan bulan terakhir dalam penanggalan kalender masehi, yang sering ditunggu-tunggu oleh banyak orang. Diantaranya bonus akhir tahun, lalu ada diskon akhir tahun di pusat-pusat perbelanjaan, libur panjang tahun baru, hingga perayaan khidmat bagi umat Kristiani yang merayakan Natal.
Bagi diriku sendiri, bulan Desember punya arti yang berbeda. Karena di bulan ini, aku kerap mendapatkan peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi hidupku.
***
Peristiwa pertama yang menimpaku saat bulan Desember terjadi di tahun 2012. Di tahun tersebut, ibuku meninggal dunia setelah hampir dua tahun berjuang melawan penyakit yang dideritanya. Aku masih ingat, saat itu aku baru saja menjadi mahasiswa di salah satu perguruan tinggi di kota ini.
Aku tidak percaya ibu pergi untuk selama-lamanya. Aku masih merasa peristiwa ini hanya mimpi. Namun hingga datangnya hari pemakaman ibu, akhirnya aku sadar bahwa aku harus menerima kenyataan.
Hari pemakaman ibu tidak akan pernah aku lupakan. Aku tidak menangis. Tapi hatiku hancur. Hingga sesi pemakaman selesai, aku hanya diam sambil mengepalkan tanganku kuat-kuat. Mulai bulan Desember tahun inilah, Desemberku menjadi kelabu.