Lihat ke Halaman Asli

MARDIKA SANDRA

Mahasiswa berprestasi internasional

All Eyes On Rafah: Palestina yang Terkoyak, Jiwa-Jiwa yang Terampas | Mardika Sandra

Diperbarui: 30 Mei 2024   12:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Di Rafah, sebuah wilayah di Gaza yang terus menerus menderita, tangisan anak-anak dan jeritan ibu-ibu telah menjadi suara sehari-hari. Kota ini, yang seharusnya menjadi tempat damai, kini menjadi medan pertempuran antara harapan dan kehancuran. Serangan demi serangan yang dilancarkan oleh militer Israel membuat masyarakat Palestina semakin terpuruk dalam kesedihan dan penderitaan yang tak berkesudahan.

"All Eyes On Rafah" menjadi seruan global untuk mengarahkan perhatian dunia pada penderitaan yang dirasakan oleh rakyat Palestina. Di bawah langit Rafah, darah mengalir dan air mata tak berhenti membasahi tanah yang mereka cintai. Orang-orang kehilangan keluarga, teman, dan rumah mereka dalam upaya mempertahankan hak atas tanah air yang telah diwariskan oleh nenek moyang mereka.

Satu fakta yang memilukan adalah jumlah korban jiwa yang terus meningkat. Menurut data dari organisasi kemanusiaan internasional, lebih dari 1.500 warga sipil, termasuk 500 anak-anak, telah tewas dalam serangan yang terjadi hanya dalam beberapa bulan terakhir. Sementara itu, ribuan lainnya terluka dan terpaksa mengungsi. Rumah sakit di Gaza, termasuk di Rafah, kewalahan menangani korban luka-luka dengan persediaan medis yang semakin menipis akibat blokade yang dilakukan Israel.

Rafah, yang terletak di perbatasan Mesir, menjadi saksi bisu dari perjuangan rakyat Palestina untuk bertahan hidup di tengah blokade dan serangan yang terus menghantam. Mereka kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan. Situasi ini diperparah dengan hancurnya infrastruktur dasar seperti sekolah dan rumah sakit akibat serangan udara.

Namun, di balik setiap kesedihan, ada kisah heroik dari rakyat Palestina yang terus bertahan. Mereka menunjukkan keberanian luar biasa dalam menghadapi kekejaman. Pemuda-pemuda Palestina mempertaruhkan nyawa mereka untuk melindungi keluarga dan tanah air, sementara para ibu berjuang keras memastikan anak-anak mereka mendapatkan pendidikan dan makanan di tengah situasi yang tidak menentu.

Dunia tidak boleh berpaling dari Rafah. Setiap individu memiliki peran untuk mendukung Palestina, baik melalui doa, donasi, atau kampanye kesadaran. Organisasi kemanusiaan seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Palang Merah, dan LSM lokal dan internasional lainnya terus berupaya menyalurkan bantuan, tetapi mereka membutuhkan dukungan kita semua.

Mari kita gaungkan "All Eyes On Rafah", sebagai seruan bagi masyarakat internasional untuk membuka mata dan hati mereka terhadap penderitaan Palestina. Setiap suara, setiap tindakan kecil dapat memberikan harapan bagi mereka yang berjuang di bawah bayang-bayang penjajahan. Keadilan harus ditegakkan, dan dunia harus bersatu untuk mengakhiri penderitaan ini.

Di bawah bayang-bayang peperangan, terselip harapan dan keberanian. Mari kita dukung Palestina, mari kita suarakan "All Eyes On Rafah" demi masa depan yang lebih baik bagi saudara-saudara kita di sana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline