Lihat ke Halaman Asli

Dilema Air Bersih Ibu Kota

Diperbarui: 25 Juni 2015   19:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13299126051496862183

[caption id="attachment_164494" align="aligncenter" width="602" caption="ilustrasi by dalje.com"][/caption] Warga Muara Baru yang memiliki meter air pipa mengeluh karena seharusnya mereka bisa aman dalam mengakses air bersih namun pada kenyataannya air tersebut tidak pernah mengalir, dan warga tersebut harus menanggung biaya beban karena memiliki sambungan, tetapi juga harus membeli air di tempat lain untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari tutur salah seorang warga ibu Sumarti pada acara Pertemuan Publik 'Warga Jakarta Bicara Air" di Hotel Bidakara (21/2/2012) Anehnya, ada saja orang-orang kuat yang bisa mengatur sambungan ilegal, jangan tanya bagaimana caranya, seorang toke yang memiliki sambungan dari PALYJA bisa melayani hingga seratus rumah tangga dengan selang temporer untuk dijual kemasyarakat sekitar yang kesulitan air. Menurut pengakuan Palyja  air bahan baku dari Jati Luhur tidak mencukupi tetapi celakanya buat para cukong yang berduit air lancar-lancar saja dan bahkan untuk memenuhi gedung-gedung bertingkat sepertinya Palyja tidak kesulitan dalam menyalurkan air bersihnya kenapa sebaliknya buat masyarakat miskin tidak mampu? PAM Jaya harusnya tanggap dalam masalah pemenuhan penyaluran air bersih buat warga jangan malah sebaliknya berpura-pura tidak mengetahui permasalahan yang terjadi ditengah-tengah warga yang tinggal di sekitar Muara Baru. Tagihan tetap saja ditarik tapi kenapa pelayanan dan penyaluran airnya kurang baik ??? Siapa yang Untung? Selama PAM Jaya bekerjasama dengan Palyja dan Aetra. PAM Jaya yang notabene sebagai tuan rumah yang menyediakan sumber daya justru mendapat kerugian sedangkan dua mitranya mendapat keuntungan yang berlipat. PAM Jaya harus menanggung akumulasi kerugian shortfall sebesar Rp610 miliar dan tunggakan senilai Rp530 miliar. Sungguh sangat ironis, masa jabatan Dirut yang seharusnya 2.5 tahun lagi berhenti mendadak ditengah hiruk pikuknya persoalan PAM Jaya. Seharusnya PAM Jaya tidak harus merugi, karena sumber air dan pelanggan umumnya adalah milik PAM Jaya bahkan aset yang dimiliki tidak bertambah tetapi malah berkurang sejak kerja sama dilakukan. Sumber daya kita yang punya, pelanggan kita yang punya tapi kenapa PAM Jaya yang harus merugi?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline