Lihat ke Halaman Asli

Mardiana

Menulislah, walau sebait kata

Kekasih Ayah adalah Guruku

Diperbarui: 4 November 2020   08:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Doc pribadi, gambar hanya pemanis saja

Teeeeeet....... Suara bel sekolah, pertanda pergantian jam pelajaran. Aku sudah tak sabar menunggu Guru cantik itu masuk ke kelas, tak lama kemudian masuklah seorang wanita berhidung mancung, dan menyapa kami.

Setelah Guru itu mengabsen kami, lalu Ia memberikan materi pelajaran dan  menjelaskan pelajaran tersebut.  Aku yang sedari tadi memperhatikan dengan jelas wajahnya mulai berhayal.

Bisa dikatakan wanita yang sedang berdiri di depan kelas itu, benar-benar perfect. Tak nampak cacat di wajahnya, rambutnya yang sedikit berwarna pirang, di hiasi jepit kecil berwarna merah  diatas kepalanya, menambah keindahan di rambutnya.

Tak terasa 2 jam pelajaran telah berlalu, Ia menutup pelajarannya dan meninggalkan kelas, serta diriku yang sedang terpesona akan kesempurnaan yang dimilikinya.

Entah apa yang dijelaskan saat belajar tadi, Aku tak menyimak. Aku lebih fokus memandang wajahnya ketimbang materi yang diberikannya.

***

"Rio" suara Ibu memanggilku dari kamarnya.

Aku pun berjalan menuju ke kamarnya, Ibu ku masih terbaring lemah di atas kasurnya, sudah hampir dua Minggu, namun belum ada perubahan.

Ibu tak mau dirawat di rumah sakit lagi, sudah capek harus bolak-balik kesana. Lebih baik dirumah, ada rasa nyaman, katanya. 

" Ada apa Bu?" Tanya ku

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline