Ditengah Pandemi Covid 19, Korban KDRT Meningkat
Diana bersimpuh didepan kedua orang tuanya. Mukanya bersimbah air mata. "Bapak, aku pulang", katanya dengan tangis. " Suamiku kejam, hampir tiap hari aku dicaci maki ". Dengan isak tangis Diana menyampaikan pada orang tuanya apa yang telah dialaminya dalam Rumah tangga.
Diana menikah tiga belas tahun lalu, dengan seorang laki-laki berbadan besar yang lucu dan senang membuat semua orang tertawa. Segala sesuatu yang terjadi di antara mereka tampak hebat.
Namun, semua keadaan itu berbalik saat usia hubungan mereka menginjak usia 5 bulan. Suami Diana, Martin sering marah secara tiba-tiba. Martin suka berkata kasar, dan sering memanggil Diana dengan berbagai sebutan buruk, seperti perempuan bodoh, jelek, dan tidak berguna. Yang sangat menyakitkan Diana, suaminya itu sering menuduh Diana selingkuh dengan laki-laki lain.
Karena dituduh selingkuh, Diana memutus kontak dengan semua teman-teman laki-lakinya. Namun Martin tetap saja curiga. Dia sering mengecek Diana, bertanya di mana berada, sedang bersama siapa, dan berapa banyak uang yang sudah dihabiskan. Bila Diana diam saja, malas untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan konyol itu, kemarahan Martin meledak. Bila kemarahannya sudah mereda, dia akan meminta maaf. Martin bilang, kalau dia melakukan itu semua karena dia mencintai Diana.
Mereka memiliki tiga orang anak. Diana selalu memasang ekspresi wajah tegar di depan anak-anaknya. Tapi setiap kali Martin marah marah dihadapan anak-anak, Diana mengalami perasaan depresi yang dalam, sehingga tak bisa mengerjakan apapun. Martin memanfaatkan depresi Diana dan mengatakan pada orang-orang di lingkungan mereka bahwa dia terpaksa harus mengambil alih segalanya.
Diana tidak dapat mengerjakan apa-apa. Martin mengambil alih pekerjaan memasak karena menurutnya Diana adalah orang yang tidak berguna di dapur. Ketika Diana menyuarakan keprihatinannya, Martin membentaknya dan mengatakan bahwa Diana ibu yang gagal, gagal berperan sebagai seorang ibu.
Martin tak pernah memukulnya secara fisik, maka Diana berpikir bahwa apa yang dilakukan suaminya bukan termasuk kategori tindak kekerasan. Ketika dia mengakses internet, menemukan berbagai informasi tentang kekerasan dalam rumah tangga ( KDRT), dia merasa terpukul. Diana baru menyadari bahwa selama ini dia adalah korban KDRT. " Betapa bodohnya aku, tidak menyadari apa yang sebenarnya sedang kualami", kata Diana membatin.
Kita patut gembira bahwa perempuan sudah banyak yang berminat mengakses teknologi komunikasi internet, seperti Diana. Perempuan mulai aktif mengisi konten di FB, Twitter, Instagram dan lainnya. Maka itu, perlu ditolak anggapan bahwa perempuan tidak secakap laki-laki dalam menggunakan teknologi komunikasi internet. Dan perlu dibuang pandangan sosial yang menanamkan sugesti bahwa perempuan makhluk gaptek ( gagap teknologi). Dewasa ini, teknologi internet telah menjadi kebutuhan dasar manusia, apalagi ditengah pandemi Covid 19.
Berbicara tentang KDRT di tengah pandemi covid 19, dari berbagai sumber dapat kita ketahui bahwa lock down sebagai anti penyebaran virus corona telah memicu lonjakan KDRT di berbagai negara. Hidup susah selama pandemi corona menjadikan perempuan rentan terhadap kekerasan gender.
Berita tentang wabah corona yang diterima terus terusan memicu hormon stres sehingga banyak orang mengalami stres, stres memicu KDRT. Dari sumber di internet juga diberitakan bahwa di Wuhan China setelah selesai pandemic covid 19 terdapat beberapa pasangan suami isteri memutus tali perkawinan.