Pernahkah kita membayangkan bagaimana kehidupan di masa depan?. Apakah akan terjadi perang nuklir dengan bumi hancur lebur dan udara penuh radiasi?. Ataukah manusia harus melawan mesin-mesin cerdas (robot) yang menjadi otonom, lepas dari kendali?. Ataukah manusia saling membunuh dan sebagian pindah ke planit lain, karena isi bumi telah padat ?.
Kemungkinan - kemungkinan di atas kayaknya tak pernah singgah di otak kita ? Hari-hari terakhir ini, kita malah terjebak dalam politik separatis. Konflik di Papua dan Papua Barat menyimpan potensi terjadinya kasus serupa Timor Leste dan Aceh di masa lalu. Apakah Memang Negara ini memang rawan konflik?
Digitalisasi tampaknya tidak banyak berpengaruh terhadap cara berpikir dan action masyarakat. Tidak banyak yang berpikir bagaimana mempersiapkan kompetensi manusia Indonesia untuk menghadapi revolusi teknologi 4.0. Padahal manusia Indonesia belum siap menghadapi revolusi teknologi ini. Suara-suara lama masih bergema. Orang sulit lepas dari tradisi dan cara berpikir jaman dulu.
Disamping itu, dunia juga sedang menghadapi suatu masalah besar yaitu pemanasan global. Bila suhu global terus meningkat, lapisan ozon makin menipis maka daya dukung bumi melemah. Manusia terancam, manusia tidak bisa lagi beradaptasi lagi dengan lingkungannya. Lalu apa yang harus dilakukan?. Masa depan harus diskenariokan.
Bagaimana skenario masa depan ?
Ini sebuah gagasan. Menulis adalah cara berbagi gagasan dengan orang lain. Bila tidak ditulis, gagasan bisa terkubur. Sayang kan.
Konsep revolusi teknologi 4.0, selanjutnya disebut teknologi 4.0, pertama kali diperkenalkan oleh Profesor Klaus Schwab. Ekonom terkenal asal Jerman ini menulis dalam bukunya, The Fourth Industrial Revolution bahwa revolusi 4.0 (revolusi industri generasi keempat) akan mengubah hidup dan kerja manusia. Teknologi 4.0 ditandai dengan kemunculan superkomputer, robot-robot pintar dan neuroteknologi.
Revolusi teknologi telah bergerak secara bertahap. Pertama, teknologi 1.0. Tenaga manusia dan hewan digantikan oleh kemunculan mesin. Salah satunya adalah kemunculan mesin uap pada abad ke-18. Teknologi 1.0 berhasil menggerek naik perekonomian secara dramatis. Sejarah mencatat, selama dua abad, dengan teknologi 1.0, rata-rata pendapatan perkapita negara-negara di dunia meningkat menjadi enam kali lipat. Teknologi tahap pertama ini telah mengubah hidup dan cara kerja manusia.
Kedua,teknologi 2.0. Era ini ditandai dengan kemunculan pembangkit tenaga listrik dan motor bakar. Penemuan ini memicu kemunculan pesawat telepon, mobil, pesawat terbang, dan lainnya. Teknologi 2.0 mengubah wajah dunia secara signifikan.
Ketiga, teknologi 3.0. Era ini ditandai dengan kemunculan teknologi digital dan internet. Terjadi disrupsi teknologi (disruptive technology) yang mengancam cara berpikir dan cara kerja konvensional. Di bidang transportasi, seperti Go Jeck mengancam pemain utama industri transportasi. Sekarang ini, yang cepat dapat memangsa yang lambat, bukan yang besar memangsa yang kecil.