Lihat ke Halaman Asli

Manusia, Konflik, Agama, dan Tuhan

Diperbarui: 18 Juli 2015   12:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kebersamaan dan kesatuan kita sebagai sebuah bangsa yang plural belakangan kembali tercoreng dengan adanya insiden Tolikara, Papua. Sebuah kelompok massa melarang dan mencoba membubarkan umat muslim melaksanakan salat Idul Fitri saat hari Lebaran, kemarin.

Parahnya, massa yang dihalau dan berusaha dibubarkan polisi justru malah brutal dan melakukan pembakaran sejumlah toko hingga sebuah musala. Hal ini tentu langsung menjadi isu nasional dan menuai reaksi dari berbagai kalangan.

Konflik atas nama keyakinan atau agama tak cuma kali ini saja terjadi di Tanah Air, bahkan di berbagai belahan dunia luar negeri.

Sejak dulu kala, umat manusia kerap terlibat konflik hingga perang yang menimbulkan korban jiwa hanya atas nama keyakinan. Sebut saja misalnya perang perebutan Kota Jerusalem atau yang biasa dikenal dengan nama Perang Salib.

Ambisi menguasai memang tak bisa dilepaskan dari pribadi manusia. Dalam teorinya, manusia pasti memiliki sifat ingin lebih berkuasa atas manusia yang lain, begitu juga golongan.

Konflik tesebut ada yang berlatarbelakang, agama, ekonomi, kekuasaan, dan lain sebagainya. Padahal sesungguhnya alangkah damainya bumi ini jika umat manusia menyampingkan segala egonya demi kebersamaan dan kedamaian.

Terlebih, menurut saya konflik yang didasari atas nama agama atau keyakinan adalah sebuah konflik yang tak masuk dalam logika pikiran. Mengapa?

Masing-masing individu yang beragama pasti menganggap Tuhan dan agama yang diyakininya adalah yang paling benar ketimbang yang lain. Egoisme itulah yang lantas kerap memicu gesekan dan konflik dengan umat lain.

Namun, apakah Tuhan dan agama mengajarkan umatnya untuk saling bertikai, membantai dan membunuh demi egoisme itu? Bukankah agama-agama mengajarkan cinta kasih dan kedamaian?

Dalam Islam diajarkan soal menghargai sesama, toleransi dan saling bantu membantu tanpa melihat siapa orang dan golongan orang itu. Dalam kristen diajarkan soal kasih kepada sesama manusia dan mahluk hidup.

Di Buddha umatnya diajarkan untuk memancarkan metta atau kasih sayang dan cinta kasih kepada semua mahluk tanpa kecuali. Di Hindu diajarkan agar umatnya dapat memanusiakan alam dan lingkungan untuk mendapatkan keseimbangan. (Maaf jika ada yang salah silakan dikoreksi).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline