Belakangan ini erupsi gunung berapi di Indonesia sering terjadi. Rentetan peristiwa demi peristiwa jika ditarik mundur 10 tahunan ke belakang terkesan terjadinya peningkatan dari kualitas maupun kuantitas letusannya.
Jika dahulu kala, erupsi gunungapi tidak terlalu berdampak signifikan, mengingat saat itu penduduk kepulauan Nusantara ini masih sedikit, saat ini erupsi gunung-gunung tersebut sangat terasa dampaknya.
Sebagai wilyah atau zona cincin api pasifik (pacific ring of fire), Indonesia memiliki banyak sekali gunung berapi yang "rajin" meletus diantaranya Merapi di Yogyakarta, dan Semeru di Jawa Timur yang kemarin mengeluarkan bahan-bahan vulkaniknya.
Bahkan karena posisi Indonesia sebagai zona cincin api tersebut, Gunung Sinabung yang notabene sudah puluhan atau bahkan ratusan tahun tidak aktif, sempat meletus di tahun 2010 dan 2017 yang lalu.
Saat diberitakan oleh kompas edisi 4 Desember 2022, semburan debu vulkan sudah sejauh 19 kilometer dengan ketinggian mencapai 1,5 kilometer dari puncak gunung.
Bagaimana karakter debu erupsi Semeru dan gunungapi lainnya sehingga sangat mempengaruhi kesehatan.?
Karakter Debu Vulkan Semeru Secara Fisik dan Kimia
Umumnya jika terjadi letusan, yang keluar dari gunung berupa awan panas, lava, hujan abu dan gas beracun. Letusan Semeru sendiri memiliki dua tipe bahaya, di antaranya bahaya primer berupa batu, kerikil, pasir dan debu panas dengan suhu mencapai 600 derajad celcius. Sementara bahaya sekundernya berupa lahar dingin dan material lainnya.
Dari sisi fisik, erupsi Semeru menghasilkan ukuran partikel debu vulkan yang sangat kecil dengan diameter ukuran debu <1mm bahkan dalam beberapa penelitian, diameter partikel debu vulkannya mencapai ukuran mikron.