Lembaga International Union for Conservation of Natural Resource (IUCN) memberi kategori vulnerable pada tanaman cendana yang bernama latin Santalum album Linn.
Risiko hampir punah (vulnerable) tak bisa dipisahkan dari manfaat pohon tersebut yang mendatangkan cuan, sehingga eksploitasinya berlebihan.
Risiko ini juga tak lepas dari sistem monopoli pemerintah saat itu dengan pembagian hasil yang kurang adil dengan pemilik lahan. Akibatnya orang enggan menanam dan merawat pohon cendana.
Karena enggan, lama-kelamaan pohon ini nyaris punah ketika dieksploitasi (link berita).
Memang usaha konservasi sudah dijalankan, beberapa bahkan dilakukan di luar Nusa Tenggara Timur seperti di Yogyakarta. Akan tetapi menurut beberapa sumber, kualitas produk dari cendana masih lebih unggul di NTT dibanding wilayah lain.
Hal tersebut kemungkinan dipengaruhi oleh kondisi iklim antara wilayah NTT dengan wilayah lainnya, serta pengaruh dari tumbuhan lain disekitarnya, mengingat cendana tergolong tumbuhan hemiparasit pada fase-fase tertentu dalam hidupnya.
Fase Hidup dan Budidaya Cendana ( Santalum album Linn )
Cendana merupakan tanaman hemiparasit. Sifat tersebut disinyalir sebagai penyebab mengapa tanaman ini sulit dibudidayakan.
Dalam fase awal kehidupannya, kecambah tanaman menumpang tanaman inang agar kebutuhan hara dapat tersuplai oleh inang, terutama unsur N, P, dan juga asam amino (Sarma, 1997; Barett 1985; Surata, 2001).