"Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu" adalah penggalan ayat yang terdapat dalam Matius 5:44 seolah-olah menggambarkan bahwa mengasihi orang yang berbuat jahat kepada kita keliru. Sebab seharusnya orang yang berbuat jahat kepada kita harus dibalas sesuai perbuatannya supaya adil bukan ?
Sekilas memang betul tetapi hal ini tidak menyelesaikan masalah. Misalnya si A dibuat cacat oleh si B, jika "dibalas sesuai perbuatannya" maka si B-pun harus cacat. Kalau demikian saling melukai secara fisik antara keluarga si A dan si B ini tetap terjadi. Hanya dengan Kasih, segala kejahatan ditutupi.
Bicara tentang kasih, tak lepas dari peristiwa Ilahi yang sulit ditembus akal manusia salah satunya adalah Paskah. Dalam liturgi gereja untuk menyambut Paskah, ada masa-masa yang harus dilewati yang dikenal dengan Masa Prapaskah (Lat. Quadragesima).
Sebelum jauh melihat pantang dan puasa, wujudnya, buah dari pantang dan puasa lebih dulu kita melihat makna dari simbol masa prapaskah.
Rabu Abu
Abu yang dioleskan di dahi berasal dari daun palma yang diberkati di tahun sebelumnya. Daun-daun ini dibakar kemudian diberkati terlebih dulu sebelum dioleskan. Abu menjadi tanda pertobatan dan pembaruan hidup. Pengolesan abu berbentuk salib di dahi mengingatkan kefanaan sebagai manusia sehingga penting untuk bertobat.
Ibadah Rabu Abu adalah awal prapaskah yang dilaksanakan selama empat puluh hari sampai pada Kamis Putih siang. Pada masa ini selama empat puluh hari, umat akan dipanggil untuk melakukan puasa ataupun pantangan terhadap keinginan dan nafsu yang bertujuan menyiapkan diri menyambut Paskah (kebangkitan Kristus).
Dalam ajaran Kristen (Katolik dan Protestan), hal penting dalam masa ini adalah mendekatkan diri dengan Tuhan dan menjalankan perintah-Nya sesuai dengan Hukum Kasih di Alkitab.
Dengan mengetahui makna dari simbol Abu yang digunakan pada hari Rabu Abu, maka masa prapaskah sudah dimulai. Dalam masa ini ada tiga pilar utama yaitu doa, puasa serta pantang dan amal kasih.