Gara2 baca tulisan kompasianer tentang satu kelas di SMP yang ketangkep basah nonton "bokep" mengingatkan pengalaman pribadi saya dulu saat di SMP juga.
Namanya anak ABG tentu punya rasa penasaran yang lagi tinggi2nya tapi juga malu untuk bertanya, apalagi soal seks. Ini sih yang dulu saya alami lho kalau berbeda yah maklumilah.
Nah karena dulu begitu makanya secara jujur mengakui kalau dulu juga pernah yang namanya baca stensilan di kelas atau nonton bokep di rumah teman. Yang namanya anak cowok saya yakin seyakin yakinnya juga mengalami hal yang sama deh.
Saat di kelas 2 SMP, waktu itu tiba2 ada pemeriksaan mendadak oleh para guru secara serempak. Satu kelas di periksa oleh lebih dari 1 guru, semua murid di haruskan berdiri di samping meja dan bangku selagi satu guru memeriksa dan membongkar isi tas semua murid.
Ternyata beberapa teman (bisa di katakan banyak juga) yang saat itu lagi bawa majalah atau buku stensilan tentu saja gak bisa banyak alasan deh.
Penyelidikan tidak hanya berhenti di sini saja, selanjutnya dipanggilah mereka yang isi tasnya ada majalah atau buku2 porno ini. Mereka di tanyai siapa yang punya majalah atau buku itu dan siapa saja yang sudah membacanya.
Akhirnya dari satu kelas saya ini, cuma anak2 ceweknya saja yang tidak di panggil oleh guru dan kepala sekolah, selain saya karena memang saya tidak ikutan membaca saat itu.
Kalau di tanya saat lain atau buku lainnya tentu saya akan terpanggil pula. Anak cowok lainnya di panggil, termasuk 1 anak guru serta 1 anak kepala sekolah.
Padahal kalau mau jujur, beberapa anak perempuan (atau sebagian besar) juga membacanya lho...tapi karena berasa mau melindungi makanya kita tidak menyebut satupun teman perempuan kita di kelas. Dari kejadian ini, saya mendapat julukan dari anak2 kelas lainnya...ketua kelas stensilan.
Bukan...bukan...tulisan saya ini bukan untuk membahas pegnalaman saya itu...tapi saya menggunakan pengalaman saya ini untuk lebih aware terhadap cici dan boy.
Dengan membiasakan berinteraksi dan berkomunikasi secara terbuka dan di sesuaikan dengan perkembangan pola pikir dan pola hati mereka, saya dan mami membimbing mereka. Untuk urusan kenakalan remaja tentu saya lebih banyak pengalaman dibanding maminya yang memang anak baik2.