Lihat ke Halaman Asli

Peran Teknologi Blockchain dalam Mengubah Sistem Keuangan Tradisional

Diperbarui: 14 November 2024   13:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Blockchain mulai menjadi topik hangat di berbagai perbincangan, terutama dalam dunia keuangan. Teknologi ini, yang awalnya dikenal sebagai landasan bagi mata uang kripto seperti Bitcoin, kini telah meluas ke berbagai sektor, hingga layanan keuangan. Bagi banyak orang, blockchain menawarkan harapan baru untuk membentuk ulang sistem keuangan global yang selama ini dianggap terlalu terpusat dan rentan. Ketika bank tradisional mengalami keterbatasan dalam hal transparansi dan efisiensi, teknologi ini datang sebagai solusi yang menjanjikan untuk mengatasi berbagai kelemahan tersebut. 

Berbeda dengan sistem perbankan tradisional yang mengandalkan pihak ketiga untuk memfasilitasi transaksi, blockchain bekerja secara desentralisasi, di mana setiap transaksi diverifikasi oleh jaringan komputer tanpa perlu otoritas sentral. Dalam sistem tradisional, proses verifikasi transaksi sering kali memakan waktu dan biaya, serta berpotensi menimbulkan masalah keamanan karena adanya satu titik kegagalan. Sebaliknya, blockchain menawarkan transparansi penuh karena semua data transaksi tercatat di buku besar yang dapat diakses oleh semua pihak dalam jaringan. Selain itu, sifat desentralisasi dari blockchain memungkinkan transaksi dilakukan dengan cepat dan efisien, tanpa perlu melibatkan institusi perantara seperti bank, yang biasanya membebankan biaya tambahan. 

Bayangkan seseorang yang ingin mengirim uang ke teman/keluarga di luar negeri. Dalam sistem perbankan tradisional, transaksi ini akan melalui beberapa perantara, mulai dari bank lokal hingga bank internasional, dan bisa memakan waktu beberapa hari hingga seminggu untuk diselesaikan. Setiap perantara mengambil biaya, sehingga jumlah uang yang diterima oleh kerabat bisa jauh lebih sedikit dari yang dikirim. Namun, dengan teknologi blockchain, orang tersebut dapat mengirim uang secara langsung, tanpa perantara, dalam hitungan menit dengan biaya yang jauh lebih rendah. Transparansi sistem memastikan bahwa pengirim dan penerima dapat melacak transaksi secara real-time, memberikan jaminan bahwa dana mereka aman dan sampai tepat waktu.

Contoh nyata dari penerapan blockchain dalam dunia keuangan adalah teknologi smart contract yang dikembangkan di atas platform bernama Ethereum. Smart contract memungkinkan eksekusi perjanjian secara otomatis tanpa perlu pihak ketiga. Misalnya, dalam konteks asuransi perjalanan, smart contract dapat memproses klaim secara otomatis. Jika penerbangan dibatalkan, sistem blockchain akan memverifikasi informasi secara langsung dari data penerbangan, dan pembayaran asuransi akan langsung dikirim ke nasabah tanpa perlu mengajukan klaim manual. Hal ini memotong birokrasi, mengurangi waktu proses, dan meningkatkan kepercayaan nasabah terhadap penyedia layanan asuransi. 

Saya percaya bahwa blockchain memiliki potensi besar untuk merevolusi berbagai sektor, terutama keuangan, namun adopsinya masih menghadapi berbagai tantangan. Salah satu tantangan utama adalah regulasi yang belum jelas di banyak negara. Meskipun blockchain menawarkan keamanan yang lebih baik dan efisiensi yang lebih tinggi, banyak pemerintah dan institusi tradisional yang masih ragu untuk sepenuhnya mendukung teknologi ini karena potensi risiko terkait privasi dan pencucian uang. Di samping itu, blockchain masih perlu pembuktian lebih lanjut untuk diterima secara luas oleh masyarakat. Meskipun demikian, saya optimis bahwa dengan perkembangan teknologi yang cepat, tantangan-tantangan ini dapat diatasi dalam waktu dekat. 

Blockchain bisa diibaratkan seperti buku kas digital yang terbuka untuk umum, namun setiap halaman hanya bisa ditambahkan dan tidak dapat diubah atau dihapus. Jika di dunia nyata setiap orang yang terlibat dalam transaksi bisnis harus mencatatnya dalam buku kas masing-masing, maka dalam blockchain, semua orang menggunakan satu buku kas yang sama dan setiap transaksi langsung dicatat di sana. Ini menghilangkan kebutuhan akan pengecekan ulang di antara berbagai pihak, seperti yang dilakukan oleh auditor dalam sistem tradisional. Hasilnya, transaksi menjadi lebih cepat, lebih murah, dan transparan. 

Blockchain adalah struktur data yang unik di mana setiap blok informasi berisi sejumlah transaksi yang telah diverifikasi oleh jaringan komputer. Blok-blok ini kemudian dihubungkan secara berurutan dalam rantai yang tidak bisa diubah, menciptakan catatan yang permanen dan transparan. Setiap blok dalam blockchain memiliki tanda waktu dan referensi ke blok sebelumnya, sehingga seluruh rantai transaksi dapat ditelusuri sejak awal hingga saat ini. Salah satu fitur penting blockchain adalah keamanan yang terjamin melalui mekanisme enkripsi yang kompleks. Karena sifat desentralisasinya, tidak ada satu pihak pun yang bisa memiliki kendali penuh atas jaringan, menjadikannya tahan terhadap upaya manipulasi data atau serangan siber.  

Dengan kemampuan menyimpan data secara transparan dan aman, blockchain menjadi teknologi yang revolusioner dalam berbagai sektor, seperti keuangan, logistik, kesehatan, dan pemerintahan. Teknologi ini memungkinkan transaksi dan proses bisnis yang lebih efisien tanpa memerlukan perantara, sehingga dapat menekan biaya dan meningkatkan kepercayaan. Potensi blockchain untuk menciptakan sistem yang lebih terbuka dan terdesentralisasi terus menarik minat para peneliti dan pengembang, yang terus mencari cara untuk mengoptimalkan teknologinya dan memperluas penggunaannya di berbagai bidang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline