Jakarta - Misdinar merupakan pelayan Altar Gereja yang menjadi salah satu ikonik dalam pelayanan Gereja. Biasanya, misdinar diminati oleh anak anak berusia 12 tahun atau mereka yang baru saja dilantik pada Sakramen Ekaristi atau Komuni Pertama
Sama seperti Sani, yang sudah menjadi Misdinar selama 6 tahun, terhitung dari awal masuk SMP pada bulan Februari 2018 sampai sekarang Sani sudah memasuki dunia perkuliahan. Dengan melewati 3 bulan masa pembelajaran, ia dilantik di Gereja St. Nikodemus Ciputat bersama dengan 25 temannya yang lain
Sani mengatakan bawha di dalam 6 tahun ini, dia sudah melewati banyak pengalaman dan juga masa kepemimpinan. Pengalaman yang paling mengesankan untuknya selama bertugas menjadi Misdinar adalah ketika ia terjatuh saat hendak menaiki tangga dengan memegang Ampul.
Ampul yang berisi Air dan Anggur itu terjatuh dan tumpah ke lantai. Namun dengan pengalamannya itu, tidak membuat Sani patah semangat dalam tugasnya menjadi seorang Misdinar dan menjadikan pengalaman itu menjadi pembelajaran untuk lebih berhati hati dan tetap semangat serta teguh dalam pelayanan
Sani juga mengatakan bahwa pada hari besar Gereja, tugas yang ia bawakan terasa lebih menyenangkan. Hal itu dikarenakan suasana pada hari besar dengan hari biasa sangat berbeda. Pada hari besar, Misa terasa lebih khusyuk.
Seperti tugasnya pada saat hari peringatan Perjamuan Malam Terakhir Yesus bersama dengan 12 murid-Nya, Kamis Putih. Lebih tepatnya pada saat prosesi perarakan Sakramen Mahakudus, Sani berkata bahwa ia selalu menitikan air mata karena sakralnya dan heningnya prosesi tersebut. Dengan lagu pujian dan suara keprakan yang menggelegar, membuat Sani semakin merasakan kehadiran Yesus didalam prosesi tersebut
Selan Kamis Putih, tugas hari besar yang paling berkesan untuknya adalah pada saat hari Jumat Agung, dimana ketika perarakan Kayu Salib Yesus memasuki area dalam Gereja dengan secara satu persatu Romo membuka kain penutup yang menghalangi replika Tubuh Yesus. Saat itulah Sani merasakan kehadiran Yesus didalam Gereja
"Yang bikin merinding di Jumat Agung itu saat Kayu Salib masuk ke dalam Gereja. Dimana semua umat berlutut sembari berdoa dengan hening ketika Romo secara satu persatu membuka kain penutup replika Tubuh Yesus.
Misdinar itu bertugas mengiring Salib besar masuk ke area dalam Gereja dibelakang Salib besar sambil pegang Salib kecil, ketika Salib besar sampai di depan Altar Gereja dan kain oenutupnya sudah terbuka, Misdinar dengan satu persatu mencium bagian kaki dari replika Tubuh Yesus dan segera pergi menyebar untuk memberikan kesempatan umat lain untuk mencium bagian kaki replika Tubuh Yesus.
Bagian itu adalah bagian yang paling menjadi favorit, karena saya bisa melihat banyak umat dengan ketekunannya dan juga kurangannya untuk berlutut mencium Kaki Yesus dengan rasa syukur bahwa dosa umat manusia telah ditebus oleh Wafatnya Yesus di Kayu Salib" ujar Sani