Lihat ke Halaman Asli

Afifuddin lubis

TERVERIFIKASI

Pada Usianya ke-93 Mengapa NU Masih Banyak Dihujat Kelompok Islam?

Diperbarui: 1 Februari 2019   21:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Presiden Jokowi memberi Sambutan Pada Harlah ke-93 NU .JICC ,Kamis,31 Januari 2019. Dok.Pribadi

Kamis, 31 Januari 2019, bertempat di Plenary Hall Jakarta International Convention Center (JICC) diselenggarakan acara peringatan Hari Lahir (HARLAH) Nahdlatul Ulama (NU) ke-93.

Pada acara tesebut hadir Presiden Joko Widodo yang didampingi oleh Menkopolhukam Wiranto, Menteri Agama Lukman Hakim Syaifuddin ,Sekretaris Kabinet Pramono Anung.

KH Said Aqil Siroj, Ketua Umum PBNU dalam pidato ulang tahunnya menegaskan kembali bahwa Nahdlatul Ulama sejak kelahirannya tidak pernah punya niat untuk mendirikan Darul Islam atau Negara Islam. Menurut nya yang diinginkan NU adalah sebuah negara yang damai yaitu Darussalam.

Ketua Umum PBNU itu juga menyatakan, warga NU mendoakan semoga Bapak Jokowi sukses dalam melaksanakan tugas. Secara berseloroh, Said Aqil mengatakan, "saya bukan kampanye".

Presiden Jokowi dalam sambutannya menyatakan selalu merasa adem kalau hadir bersama para Kiai dan Jamiah Nahdlatul Ulama.

Selanjutnya Kepala Pemerintahan kita itu menilai ,komitmen keagamaan sekaligus kebangsaan warga NU tidak perlu dikhawatirkan. Jokowi mengharapkan agar NU tetap menjaga persatuan bangsa.

Seperti diketahui organisasi Nahdlatul Ulama didirikan di Surabaya pada 31 Januari 1926. Beberapa ulama yang tercatat sebagai pendiri organisasi ini antara lain Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari dan KH Wahab Chasbullah.

Dalam usianya menjelang satu abad ini, pada tempatnyalah untuk mencermati ,mengapa  NU sering dihujat oleh sekelompok Umat Islam.

Untuk menjawab pertanyaan ini, saya mencoba melihatnya dari perspektif NU. Artinya tokoh-tokoh NU menyadari, bahwa organisasi dan tokohnya dihujat oleh karena sikap dan pandangan yang dimiliki nya terutama berkaitan dengan sikap kebangsaan yang mungkin tidak disukai oleh kalangan tertentu.

Dalam berbagai literatur NU, maupun berdasarkan uraian tokoh - tokoh NU terutama oleh Ketua Umumnya Said Aqil Siroj ,sering digambarkan bagi NU, keislaman dan ke-Indonesia-an itu harus dibaca dalam satu tarikan nafas.

Ditilik dari sejarahnya, sebelum negara Indonesia berdiri para ulama NU telah menautkan sikap keislaman dengan semangat ke-Indonesia-an .

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline