Sekitar tiga hari ini muncul pemberitaan tentang beredarnya puluhan ribu poster " Raja Jokowi" di Jawa Tengah.Seperti yang diberitakan detiknews,Ketua DPD PDIP Jawa Tengah ,Bambang Wuryanto mengaku telah membuat analisa terkait siapa pemilik poster yang menurutnya jika dikumpulkan seluruhnya bisa mencapai 85 ribu lembar.
Menurut perhitungan Bambang ,keseluruhan biaya untuk mencetak,menyediakan bambu serta ongkos pasang membutuhkan biaya sekitar Rp.3,5 miliar sampai Rp.4 Miliar. Pada poster itu dipasang gambar Jokowi berpakaian layaknya seorang raja dan ada kalimat " Ayo Kita Bekerja Untuk Rakyat.Pada poster itu juga ada angka tiga dan simbol PDIP serta kata " PDI Perjuangan" .Kemudian dibawah foto " Raja Jokowi" ada tulisan " Ir.H.Joko Widodo".
Sesungguhnya pada poster itu tidak ada kalimat " Raja Jokowi " tetapi karena mantan Walikota Solo itu mengenakan pakaian yang demikian maka disebut "Raja Jokowi". Diberitakan juga ,ribuan poster itu tersebar diseantero Jawa Tengah. PDIP memutuskan menurunkan poster tersebut karena tidak merasa mencetak dan mengeluarkannya meskipun di poster itu ada logo PDIP.
Bambang Wuryanto menjelaskan gambar Jokowi berpakaian raja justru merendahkan karena Jokowi adalah calon Presiden yang maju melalui pemilihan umum . " Ini merendahkan kecerdasan .Ini era demokrasi ,pejabat politik ,ini sebagai capres ,artinya kalau kemudian dikatakan raja ,raja kan tidak dipilih ,harusnya dipilih ,elektoral .Ini merendahkan kecerdasan PDIP" ,tegasnya.
Mengacu kepada hitungan Ketua DPD PDI P Jawa Tengah itu ,layak muncul pertanyaan ,siapakah orang atau kelompok yang mau merogoh kocek sampai sekitar empat miliar untuk terpasangnya puluhan ribu poster itu?
Pertama ,tentunya ini bukanlah perbuatan orang atau kelompok yang iseng .Untuk apa kelompok tersebut mengeluarkan dana sedemikian besar kalau hanya untuk sesuatu yang sebatas iseng belaka.
Kedua ,lawan politik PDI- P. Seperti diketahui ,Jawa Tengah merupakan kandang banteng atau basisnya PDI- P. Terlalu naif rasanya kalau lawan politik parpol pemenang pemilu 2014 itu memasang puluhan ribu poster di basis partai yang didirikan Megawati itu.Sutradara penyiapan poster itu pasti memperkirakan, poster yang dipasang pasti akan cepat ketahuan karena ribuan kader PDIP akan cepat bertindak untuk melaporkannya atau untuk langsung menurunkan poster itu.
Ketiga,anggota / simpatisan PDIP dan fans berat Jokowi. Dalam pikiran si pembuat, ada dua hal yang ingin dicapainya , pertama mengkampanyekan PDIP dan kedua sekaligus juga mengkampanyekan Jokowi. Kalau dicermati, foto Jokowi yang berpakaian seperti raja pada poster itu ,menurut pandangan saya tidak ada yang terlalu salah.
Adakah yang salah kalau Jokowi berpakaian seperti itu? Diberbagai tempat sering juga terlihat Presiden petahana itu mengenakan busana sultan atau busana pengetua adat. Di Istana Maimun Medan misalnya pada 6 Oktober 2018 yang lalu pada acara yang penuh dengan nuansa kerajaan Deli ,Jokowi memakai pakaian kebesaran Sultan Melayu.Melihat mantan Gubernur DKI itu memakai busana yang demikian ,tidak sedikitpun terbersit muncul pikiran negatip dalam pikiran saya .
Namun saya paham juga mengapa PDIP menurunkan poster poster yang terpasang di Jawa Tengah itu.
Dugaan saya ,partai yang mengusung Ganjar Pranowo- Taj Yasin pada pilgub Jateng 2018 itu khawatir jika mereka diserang lawan politiknya yang seolah olah ingin menjadikan Jokowi seperti raja.
Saya tidak tahu apakah hal ini kehawatiran yang berlebihan dari partai itu ,karena sesungguhnya setiap warga negara sangat paham bahwa Presiden itu dipilih oleh rakyat dan bukan jabatan yang turun temurun. Karenanya saya memaknai sikap yang ditempuh PDIP terhadap poster itu lebih banyak dilandasi tindakan berjaga jaga, mengingat tahun politik seperti ini segala sesuatunya bisa dijadikan sebagai isu politik.
Salam Demokrasi!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H