Mungkin salah satu fase yang paling berat bagi prajurit Kodam I/ Bukit Barisan ( BB) ialah ketika harus bertempur dengan Kolonel Maludin Simbolon mantan panglimanya. Peristiwa itu terjadi pada masa 1958-1961 ketika meletus peristiwa PRRI/Permesta. PRRI atau Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia terjadi di Sumatera sedangkan Permesta muncul di Sulawesi.
Secara umum penyebab terjadinya peristiwa itu karena muncul nya rasa ketidak puasan terhadap kebijakan pemerintah pusat terhadap kebijakannya mengenai pembangunan daerah.Masa itu banyak keluhan muncul karena daerah merasa di anak tirikan oleh pemerintah pusat. Sikap tidak puas yang demikian juga menjalar pada beberapa tokoh militer yang ada di daerah dan hal tersebut sangat nyata ditunjukkan oleh Kolonel Maludin Simbolon Panglima Komando Tentara Teritorium I / Bukit Barisan.Markas Komando Teritorium I/BB berada di Medan.
Karena ketidak puasannya itu, Simbolon kemudian bergabung dengan PRRI dan mengumumkan pemutusan hubungan wilayah militer di Sumatera Utara dengan pemerintah pusat. Setelah pengumumannya itu, Kabinet Ali Sastroamidjojo pada malam harinya mengadakan rapat darurat di Jakarta dan selanjutnya Pemerintah Pusat mengumumkan pencopotan Kol. Simbolon dan mengangkat Letnan Kolonel Djamin Ginting,Kepala Staf Komando Tertitorium I/BB sebagai panglima yang baru.
Gerak cepat pasukan Jamin Ginting yang dibantu oleh pasukan payung dari Jakarta berhasil menguasai Medan dan beberapa objek strategis lainnya sehingga pasukan yang setia kepada Kolonel Simbolon mengundurkan diri dari Medan ke Tapanuli.
Prajurit yang setia kepada Simbolon itu membentuk Divisi Pusuk Buhit yang merupakan kekuatan militer dibawah PRRI. Oleh karena Teritorium I / BB merupakan pasukan yang setia kepada pusat dibawah pimpinan Kepala Staf Angkatan Darat, Kolonel AH Nasution maka prajurit TT I / BB pimpinan Letnan Kolonel Jamin Ginting itu sering terlibat kontak senjata dengan pasukan yang setia kepada Simbolon.Karenanyalah pada masa itu peristiwa PRRI sering juga disebut sebagai " Perang Saudara". Kolonel Simbolon cukup lama juga memegang jabatan sebagai Panglima TT I/ Bukit Barisan yaitu semenjak tahun 1950.
Sejarah Komando Teritorium I / Bukit Barisan diawali dengan terbentuknya Tentara Keamanan Rakyat ( TKR) di beberapa daerah seperti di Aceh,Sumatera Timur, Tapanuli dan Sumatera Tengah .Kemudian pada 13 Desember 1949 TKR ini dilebur atau disatukan dengan cara membentuk Komando Teritorium Sumatera Utara (KO TT -SU) yang wilayahnya meliputi Aceh,Sumatera Timur dan Tapanuli). Kemudian dalam perjalanan selanjutnya KO TT-SU itu melalui penetapan KASAD diubah namanya menjadi Komando Tentara Teritorium -I Sumatera Utara.
Surat Penetapan KASAD tanggal 20 Juni 1950 inilah yang kemudian ditetapkan sebagai Hari Jadi Kodam I /Bukit Barisan. Kini Kodam I /Bukit Barisan mempunyai lingkup tugas meliputi 4 provinsi yaitu Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau dan Kepulauan Riau. Pulau Natuna yang berhadapan langsung dengan Tiongkok termasuk dalam kewilayahan Kodam I/Bukit Barisan.
Dari sisi pembinaan wilayah, Kodam ini membawahi 5 Komando Resort Militer ( Korem) dan satu Kodim yang berdiri sendiri ( langsung bertanggung jawab ke Pangdam) yaitu Kodim Medan. Ditilik dari sejarahnya, Kodam ini telah beberapa kali mengalami reorganisasi dan penajaman fungsi. Berbagai tugas penting untuk menjaga kedaulatan NKRI dan untuk memelihara keamanan telah berhasil dilaksanakan oleh Kodam ini. Kalau dihitung dari masa TKR sampai terbentuknya Komando Teritorium kemudian menjadi nama Komando Daerah Militer sudah ada 51 orang perwira tinggi yang memimpin kodam strategis ini.
Sejak 9 Maret 2018 ,Kodam I / BB dipimpin oleh Mayor Jenderal Ibnu Triwidodo. Hari ini 20 Juni 2018, usia kodam kebanggaan masyarakat Sumbagut ini sudah berusia 68 tahun ( dihitung dari 20 Juni 1950).
Semoga kedepan Kodam ini terus mengukir sukses dalam melaksanakan tugas nya terutama dalam menjaga keutuhan negara yang kita banggakan ini.
Dirgahayu Kodam I/ Bukit Barisa