Andainya tidak diingatkan oleh Kompas.com, saya hampir lupa tentang Huang Hua. Padahal tahun 90-an dialah yang membuat saya deg-degan ketika Tim Bulutangkis Tiongkok berhadapan dengan tim negeri yang saya cintai, Indonesia.
Dulu saya semakin dongkol dengannya terlebih lebih ketika ia berhadapan dengan idola saya, Susi Susanti. Rasa gemas, gusar dan kadang kadang benci apabila Huang Hua memperoleh angka pada pertandingan bulu tangkis dengan tim Merah Putih.
Laporan Kompas.com tidak hanya mengingatkan saya kepada perempuan yang pernah menyandang gelar pemain bulu tangkis tingkat dunia itu tetapi saya terkejut ketika mengetahui sekarang ia tinggal di Klaten, Jawa Tengah. Klaten adalah bagian dari tanah air yang saya banggakan.
Rasa takjub saya belum lagi selesai ketika kemudian mengetahui Huang Hua menikah dengan saudara saya sebangsa dan lebih dari itu perempuan kampiun bulu tangkis Tiongkok dan dunia itu sudah juga menjadi Warga Negara Indonesia. Huang Hua sekarang tinggal di Klaten dan menjadi warga saya sebangsa.
Mengapa ia lakukan semua itu? Jawabannya hanya satu: karena cinta.
Pria yang sangat dicintai Huang Hua itu ialah Tjandra Budi Darmawan yang berasal dari Klaten. Ternyata Huang Hua sudah 25 tahun tinggal dengan suaminya di Klaten dan cinta mereka telah berbuah. Dari perkawinan itu mereka telah dikaruniai 3 orang anak.
Dalam pandangan saya, bukanlah pekerjaan mudah untuk Huang Hua meninggalkan Tiongkok, tanah airnya yang pertama.
Ia dibesarkan di sana, hidup di sana, berlatih bulu tangkis di sana hingga ia menjadi pebulu tangkis terbaik dunia.
Ia juga memutuskan untuk menggantung raket ketika karirnya sedang cemerlang. Bukanlah hal yang mudah baginya untuk berpisah dengan dunia bulu tangkis. Tentu akan selalu terbayang baginya jari yang memegang shuttlecook kemudian memukulnya dengan raket menyeberangi net menuju lapangan lawan.
Tidak akan mudah baginya untuk melupakan bagaimana kepuasan yang muncul ketika smashnya menghentikan langkah lawan tandingnya. Tidak akan mudah baginya untuk melupakan bagaimana penonton memberi standing applaus baginya ketika memenangkan sebuah pertandingan. Sorotan kamera, blitz kamera yang bergantian merupakan kenangan yang manis untuknya. Tapi semuanya itu dia tinggalkan untuk sebuah cinta.
Keputusannya untuk mengikuti laki laki yang dicintainya dan tinggal di Klaten, dalam pandangan saya merupakan sebuah keputusan yang berani. Di Klaten warganya berbahasa Jawa dan berbahasa Indonesia. Tetapi dia rela dituntun tangan suaminya menuju kota yang " tidak dikenalnya" itu .Huang Hua tidak hanya rela tinggal disana tetapi bahasa Indonesia juga dipelajarinya dan sekarang ia sudah mahir menggunakan bahasa kebanggaan kita itu.
Ternyata tidak hanya sekedar tinggal di Klaten tetapi ia juga mempelajari budaya nya, keseniannya sehingga ia mahir bermain ketoprak.