Sepanjang yang dicermati ada 2 pemikiran yang berkembang tentang posisi Prabowo pada Pilpres 2019. Satu pemikiran menyebut bahwa mantan Pangkostrad itu akan maju pada perhelatan demokrasi itu.Hal ini antara lain tercermin dari munculnya dukungan serentak dari struktur partai Gerindra hampir pada semua daerah provinsi.
Pendapat ini meyakini bahwa ketua umumnya itu punya peluang untuk mengalahkan Jokowi dan pasangannya pada 2019. Sedangkan pendapat yang kedua menyatakan lebih baik Prabowo tidak ikut lagi bertarung pada Pilpres 2019. Pendapat ini berangkat dari argumentasi bahwa tingkat elektabilitas mantan Pangkostrad ini sepertinya tertahan beberapa bulan ini pada seputaran angka 22 persen. Dibandingkan dengan tingkat elektabilitas Jokowi masih ada selisih sekitar 25 persen.
Tentunya dengan keunggulan lebih dari 25% itu peluang Jokowi untuk menang tentu lebih besar. Dalam pandangan yang demikian kelompok ini lebih menyarankan agar Prabowo cukup menjadi "King Makers" saja. Dengan pandangan yang demikian muncullah beberapa saran agar Gerindra mengusung pasangan Gatot Nurmantyo-Anies Baswedan atau kombinasi pasangan yang lain.
Memang untuk menentukan pasangan agak dilemmatis bagi Gerindra karena sampai sekarang partai yang menyatakan bersedia koalisi hanyalah PKS. Partai ini juga sudah melaksanakan penjaringan internal dan sudah punya sejumlah nama sebagai kandidat cawapres. Perlu juga diingat ketika proses Pilgub DKI dimulai, Gerindra dan PKS juga sepakat untuk koalisi dan telah menyepakati sebagai pasangan yang diusung adalah Sandiaga Uno (Gerindra) dengan wakilnya Mardani Ali Sera ( PKS). Tetapi oleh karena dinamika politik waktu itu, koalisi kedua parpol mengubah pasangannya menjadi Anies Baswedan (nonparpol) dengan Sandiaga Uno (Gerindra).Artinya pada pilgub DKI, PKS rela "mengalah".
Karenanya wajar muncul pertanyaan apakah pada pilpres nanti, PKS juga akan tetap rela mengalah kalau bukan kadernya yang diusulkan Gerindra sebagai cawapres. Di tengah tengah dugaan apakah Prabowo akan maju pada pilpres atau hanya cukup sebagai king maker saja, Minggu (1/4/ 2018) Gerindra telah memberi penugasan kepada Sandiaga Uno sebagai koordinator pemenangan Pilpres 2019.
Tentu wajar muncul pertanyaan mengapa Sandiaga yang dihunjuk dan bukan Anies Baswedan yang tentunya dari sisi kekuasaan lebih "powerful" dibandingkan Sandiaga. Anies juga cukup berpengalaman dalam kampanye pilpres karena pada 2014, mantan Rektor Universitas Paramadina ini cukup berperan dalam tim yang memenangkan Jokowi-Jusuf Kalla.
Mengingat bahwa yang akan dihadapi Prabowo nanti pada Pilpres 2019 adalah Jokowi, tentu Anies sudah paham jurus-jurus apa yang akan digunakan tim Jokowi karena 4 tahun yang lalu ia merupakan bahagian penting dari tim itu. Dengan perkataan lain mantan Mendikbud itu sudah mengetahui "rahasia dapur" tim yang akan dibentuk Jokowi bersama parpol pengusungnya.
Memang ada juga kelebihan Sandiaga dibandingkan Anies. Sandiaga adalah Wakil Ketua Dewan Pembina DPP Gerindra. Kemudian untuk modal atau amunisi berupa dana, Sandiaga juga diperkirakan lebih kuat dari Anies. Sebelum gabung dengan Gerindra, Sandiaga sudah dikenal sebagai pengusaha sukses. Ia mempunyai sejumlah perusahaan yang salah satunya terkenal adalah PT Saratoga Sedayu Investama.
Menurut majalah Forbes, tahun 2013, Sandiaga berada pada posisi 47 daftar orang kaya Indonesia dengan kekayaan sekitar US $ 460 juta. Tetapi dihunjuknya Sandiaga sebagai koordinator tim pemenangan dan bukan Anies Baswedan diperkirakan bukan karena "amunisi" Sandiaga yang lebih besar tetapi karena Anies akan dipasangkan dengan Prabowo pada pilpres nanti.
Seperti yang terlihat pada pilgub DKI, Anies dapat dukungan dari sebahagian kelompok Islam dan sampai sekarang terlihat bahwa dukungan tersebut masih berpihak ke cucu pejuang nasional A. R. Baswedan itu. Dengan dipasangkannya Anies mendampingi Prabowo maka "defisit" atau beda prosentase tingkat elektabilitas Jokowi-Prabowo yang berada pada kisaran 25% itu akan dapat ditutupi.
Memang masih ada skenario lain, Gatot -Anies tapi saya berpendapat yang lebih memungkinkan adalah Prabowo-Anies Baswedan. Apabila nanti pasangan ini memenangkan pertatungan maka Sandiaga Uno akan menjadi Gubernur DKI dan wakilnya diberikan kepada PKS. Inilah dugaan saya dari seorang penggemar politik tingkat amatiran.