Di berbagai kota kita melihat sering terjadinya benturan antara para pengojek atau abang beca dengan Go Jek ,angkutan yang menggunakan internet .Kehadiran Go Jek diberbagai kota itu tentu membawa pengaruh terhadap penghasilan para tukang ojek atau abang becak.
Sebahagian masyarakat lebih senang menggunakan layanan sepeda motor yang dapat dipesan melalui aplikasi internet itu dibandingkan dengan ojek konvensional. Begitu juga halnya di dunia per taksian ,muncul Grab car dan sejenisnya yang kemudian karena tarifnya lebih murah menjadi lebih banyak diminati oleh masyarakat ketimbang " taksi konvensional".
Benturan yang terjadi terutama disebabkan oleh semakin berkurangnya penghasilan tukang ojek ,abang beca ,taksi konvensional yang kewalahan menghadapi " serbuan" moda angkutan yang menggunakan aplikasi internet.
Para konsumen lebih nyaman menggunakan jasa angkutan yang berbasiskan internet tersebut.
Munculnya angkutan umum yang demikian juga menjadi pembicaraan hangat dimasyarakat.
Para konsumen tentu sangat mendukung kehadiran angkutan tersebut .Namun disisi lain banyak juga pertanyaan yang diajukan kepada pemerintah maupun kepada pemerintah lokal.Bagaimanasebaiknya sikap pemerintah menghadapi kehadiran moda angkutan yang menggunakan internet tersebut.
Kalau kita naik beca atau naik ojek akan terdengar komentar semakin menurunnya pendapatan yang mereka peroleh sekarang ini. Karenanya sikap pemerintah akan menyangkut terhadap dua hal yaitu membiarkan terus berkembangnya angkutan yang berbasis on line tersebut atau memberi perlindungan kepada para pengojek atau abang abang becak.
Membiarkan terus berkembangnya angkutan on line tentu membawa konsekuensi semakin menurunnya penghasilan tukang ojek dan abang becak yang pada gilirannya bisa menimbulkan masalah sosial.
Ada pendapat yang menyatakan bahwa kehadiran angkutan berbasis on line merupaksn keharusan jaman dan karenanya kita tidak dapat menghindar dari kemajyan teknoloji ini. Muncul pertanyaan ,bagaimana caranya agar abang abang becak dan tukang ojek itu dapat juga menikmati keuntungan dari kemajuan teknoloji itu dan jutru tidak terlindas karena kemajuan itu.
Pertanyaan berikutnya yang muncul ,siapakah yang akan menuntun para pengojek dan abang becak itu agar dapat mengikuti kemajuan teknoloji sekarang ini.
Dalam pandangan saya ,pertanyaan tersebut semakin mendesak untuk dapat jawaban sesudah saya membaca berita di Kompas .com ,21/01/2018 yang bertajuk " Google Investasi di Go-Jek ,Kominfo Sebut Investor Lokal Belum Mampu".
Inti berita itu menyatakan Google dan dua perusahaan lainnya yakni Meituan Dianping ( China) dan Temasek ( Singapura) menyuntikkan dananya untuk Go- Jek .Dengan ini ,Go-Jek dikabarkan menghimpun modal tambahan sebesar 1,2 miliar dollar AS atau sekitar Rp.16 Triliun.
Kalaulah berita ini benar berarti pada Go-Jek telah masuk investasi internasional yang jumlahnya tidak sedikit.Malahan oleh Kompas.com diberitakan dengan selesainya funding round baru yang menyertakan Google tersebut ,nilai valuasi Go -Jek saat ini disinyalir mencapai 4 miliar dollar AS atau setara dengan Rp.53 Triliun .Sementara itu ,Grab rival berat Go-Jek memiliki valuasi 6 miliar dollar AS.