Calon jemaah Umrah:Kalau di Mekkah dan Madinah nanti hotelnya dimana Mbak?Apakah jauh dari Masjidil Haram di Makkah atau di Madinah apakah jauh dari Madjid Nabawi?
Petugas travel: Waduh itu jangan ditanya Mbak.Berangkat ke tanah suci kan untuk melaksanakan ibadah umrah dan bukan untuk wisata atau bersenang-senang.
Jemaah Umrah: Tapi saya kan bayar, apa tidak boleh ditanya tentang dimana hotelnya?
Petugas travel: Istigfar (minta ampun kepada Tuhan) lah Mbak. Kalau hal itu yang ditanyakan berarti Mbak sudah salah niat. Begitu juga halnya di tanah suci ,apabila tempat penginapan jemaah kurang memadai atau fasilitas lainnya kurang cocok dan kalau ada jemaah yang melakukan protes maka petugas travel menjawab " Di tanah suci ini banyak cobaan.Disinilah keimanan kita di coba .Jadi kalau ada yang kurang cocok janganlah sikit sikit protes.Ingat disini kita untuk beribadah bukan untuk bertamasya".
* * * * *
Dialog diatas adalah contoh bagaimana sebahagian pengusaha atau petugas travel mengintimidasi calon atau jemaah umrahnya.Pada konteks yang demikian mereka melakukan intimidasi dengan memainkan t ema besar bahwa ke tanah suci adalah untuk umrah dan bukan untuk bersenang-senang. Ada kalanya sebahagian jemaah terpengaruh juga dengan kalimat-kalimat yang dikemukakan pengusaha atau petugas travel tersebut.Bisa muncul perasaan berdosa pada diri calon /jemaah dimaksud.
" Ya saya salah menanyakannya karena saya kesini kan untuk beribadah bukan untuk jalan-jalan " demikian dialog batin yang terjadi pada dirinya.
Salahkah calon jemaah yang bertanya atau yang memprotes kekurangan atau kelemahan pelayanan yang terjadi?
Tidak ada yang salah dengan pertanyaan tersebut. Karena para pengusaha travel juga sering membuat iklan penawaran tentang berbagai fasilitas yang diterima, seperti untuk penginapan adalah hotel bintang sekian,satu kamar hotel berisi berapa orang.Begitu juga jarak hotel dengan Masjidil Haram di Makkah dan juga di Madinah sering diungkapkan sebagai bahagian dari strategi marketing yang mereka gunakan.
Perlu juga diingat travel agency yang memberangkatkan jemaah umrah itu adalah perusahaan yang menurut pendapat awam pun mereka akan memperoleh keuntungan dari biaya umrah yang disetorkan jemaah. Karenanya sangat wajar jika jemaah mempertanyakan atau menuntut agar fasilitas yang mereka peroleh harus sesuai dengan apa yang pernah ditawarkan oleh travel. Memang mengelola pemberangkatan jemaah untuk umrah tentu tidak sama dengan mengelola pemberangkatan wisatawan ke sebuah objek wisata.
Sebuah perusahaan travel yang mengelola pemberangkatan wisatawan hanya akan berbicara tentang urusan urusan yang sifatnya duniawi.Inti tugas perusahaan travel untuk para wisatawan nya hanya bertumpu pada satu titik : bagaimana agar wisatawan senang dan bergembira dan kemudian nantinya bercerita ke orang lain tentang bagaimana bagusnya pelayanan yang diberikan. Sedangkan untuk jemaah umrah ,disana ada dimensi spiritual karena jemaah berangkat ke tanah suci dilandasi niat untuk beribadah.
Namun perlu diingat walaupun mereka berangkat untuk beribadah ,para jemaah harus menyiapkan sejumlah dana untuk itu.Ada yang sekian tahun menabung ,ada yang harus menjual hartanya.Karenanya wajar mereka mendapatkan fasilitas sesuai dengan jumlah uang yang telah disetorkannya. Juga harus diingat bahwa melaksanakan ibadah tidak identik dengan harus " menderita " dalam melaksanakan berbagai ritual di tanah suci.
Memang sepanjang yang terlihat tidak sedikit pengusaha travel yang tulus dan ikhlas mengurus jemaahnya .Untuk perusahaan travel yang demikian layak diberi penghargaan. Yang perlu dicegah adalah penggunaan dalil dalil keagamaan untuk menutupi kelemahan atau kekurang profesionalan perusahaan travel. Untuk perusahaan travel yang demikianlah diharapkan adanya pembinaan dari pemerintah sehingga mereka tidak membodoh bodohi ummat dengan dalil keagamaan.