Lihat ke Halaman Asli

Afifuddin lubis

TERVERIFIKASI

Menakar Keuntungan untuk Jokowi Apabila JK jadi Ketua Tim Suksesnya

Diperbarui: 2 September 2017   10:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik


Usulan Tjahjo Kumolo yang secara pribadi meminta agar Jusuf Kalla(JK) bersedia menjadi Ketua Tim Sukses ( Timses) Jokowi pada Pilpres 2019, menarik untuk dicermati. 

Walaupun Tjahjo Kumolo menyampaikan usulan secara  pribadi tetapi publik bisa saja menanggapinya dari berbagai sudut oleh karena Tjahjo Kumolo adalah,1). Menteri Dalam Negeri,2). politikus PDIP yang dekat dengan Megawati,Ketua Umum Partai.

Berkaitan dengan hal tersebut maka ungkapannya yang menginginkan JK sebagai Ketua Timses tentu tidak dapat dipisahkan dari berbagai posisi yang disandangnya. Sepanjang yang terbaca ,pada saat sekarang ini enam partai politik pendukung pemerintah akan menyepakati Jokowi sebagai calon presiden pada pilpres nanti.

Ke enam parpol dimaksud adalah,1).PDIP,2).Golkar,3).PKB,4).Hanura,5).Nasdem,dan 6).PPP.

Walaupun ke enam parpol tersebut telah menunjukkan tanda tanda akan mengusung Jokowi tapi diperkirakan masih ada titik krusial dalam membangun koalisi nanti yaitu yang berhubungan dengan siapa yang akan menjadi cawapresnya Jokowi. Masing masing parpol memang belum terlalu terbuka untuk menyatakan siapa cawapres yang akan mereka usung.

Parpol yang sudah terbuka mengemukakan nama ,barulah Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang ingin mengusung Muhaimin Iskandar,Ketua Umum PKB sebagai cawapresnya Jokowi. Sedangkan Partai Golkar belum punya calon bahkan Idrus Marham ,Sekjend Golkar mengemukakan akan menyerahkan sepenuhnya kepada Jokowi siapa yang akan dipilihnya nanti.

"Udahlah kita serahkan Jokowi saja lah apa yang terbaik  untuk bangsa.Jangan boleh kita menyandera Jokowi untuk menentukan cawapresnya.Jangan terjadi itu ,Golkar serahkan padanya Jokowi" ujar Idrus (Okezonenews,31/8/2017).

Tetapi tidak salah juga kalau muncul pertanyaan apakah benar Golkar sebagai partai pemenang kedua pemilu 2014 tidak punya atau tidak mencalonkan kadernya untuk jadi cawapresnya nanti? Pada posisi sekarang, partai berlambang pohon beringin ini punya kekuatan 14,75 persen suara. Apakah dengan kekuatan yang demikian Golkar tidak tertarik untuk mengajukan kadernya?

Perlu juga diingat jarak waktu dari sekarang sampai ke pilpres 2019 nanti masih ada sekitar dua tahun lagi dan pada masa tersebut berbagai dinamika politik masih mungkin terjadi. Kemudian tentang sikap Nasdem dan PPP belum terlalu terbaca walaupun kemungkinan kedua  partai ini tidak akan mencalonkan kadernya sendiri sebagai cawapres .

Lalu bagaimana dengan partai Hanura?..Hanura sekarang dinakhodai Osman Sapta Odang yang juga sedang menjabat sebagai Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD).Sepanjang yang terbaca hubungan antara Osman Sapta dengan Jokowi terlihat cukup harmonis.
Kekuatan Hanura sekarang ini adalah 5,26 persen.

Osman Sapta Odang atau yang akrab disapa dengan OSO juga adalah politisi tingkat nasional dan sosok ini juga dapat dianggap sebagai representasi kekuatan daerah mengingat ia juga adalah putra asal Sulawesi ,lahir di Kalimantan Barat dan punya ibu seorang putri Minangkabau.
Selain dapat dianggap sebagai representasi tokoh luar Jawa,OSO juga punya modal finansial yang kuat.Mengacu kepada Wikipedia,dengan mengutip majalah Globe Asia ,pada tahun 2016 kekayaan OSO diperkirakan USD 350 juta sehingga menempatkannya kedalam salah satu dari 150 orang terkaya di Indonesia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline