Sebagai pendiri dan sekarang Ketua Umum Partai Demokrat tentu Pak SBY risau melihat penurunan perolehan suara partai berlambang segi tiga mercy pada Pemilu 2014 yang lalu.Jika pada Pemilu 2009 partai ini menjadi pemenang dengan meraup suara 20,85 persen atau setara dengan 150 kursi pada DPR RI tetapi karena beberapa kader utamanya tersangkut masalah hukum mengakibatkan penurunan suaranya melorot menjadi 10,19 persen setara 61 kursi pada DPR RI dan menempatkannya sebagai peringkat keempat di bawah PDI Perjuangan,Golkar dan Gerindra.Sebagai "Jenderal--Pemikir "tentu Pak SBY sudah lama memikirkan bagaimana cara meningkatkan elektabilitas partai yang dipimpinnya.
Pak SBY tentu paham partainya harus mempunyai sesuatu tema yang bisa dijadikan sebagai "daya ungkit" untuk menggerakkan sekaligus untuk menggairahkan kadernya yang kemungkinan mengidap lesu darah.Dan Pak SBY melihat Pilkada DKI bisa dijadikan sebagai momentum politik penting untuk menggairahkan kembali para kadernya dan sekaligus agar pemberitaan tentang Partai Demokrat berkumandang kembali.Berdasarkan pertimbangan objektip dan subjektip akhirnya Pak SBY ,Ketua Umum Partai Demokrat bersama PKB,PPP dan PAN mengusung Mayor Agus Harimurthi Yudhoyono berpasangan dengan Sylviana Murni maju dalam Pilgub DKI 2017.
Kenapa Pak SBY memilih Agus dan tidak kader Demokrat yang lain? Misalnya Edhi Pramono Wibowo atau Marzuki Ali misalnya.Bukankah dengan mengusung putra sulungnya berarti Agus harus mengakhiri karir militernya yang juga sebenarnya seorang perwira muda yang cemerlang.Disini mungkin bermain pertimbangan objektip dan subjektip dari Presiden RI ke 6 tersebut.Pertimbangan objektipnya ,beberapa kader utama Parta Demokrat juga tidak tidak punya tingkat popularitas yang memadai untuk diajukan pada arena tarung Pilgub DKI.
Tentu pada posisi hari ini tingkat popularitas dan tingkat Elektabilitas Agus juga masih rendah tetapi dalam lima setengah bulan ke depan hal tersebut masih bisa ditingkatkan.Pertimbangan subjektipnya Agus adalah putra sulung jadi untuk apa mencalonkan orang lain kan lebih bagus mencalonkan putra sendiri.Pak SBY tentu juga sudah membuat kalkulasi tentang posisi Agus yang harus mengakhiri karir militernya.
Bagaimana peluang Agus dan Silvy.
Kemunculan pasangan Agus dan Sylvi diluar perhitungan banyak kalangan karenanya sepanjang yang saya ketahui belum ada lembaga survey yang pernah mengkaji peluang pasangan ini.Karena belum ada data dimaksud maka artikel ini mencoba melihat posisi pasangan ini berdasarkan "perasaan" semata atau mencoba menduga apa yang akan dilakukan Demokrat dan ketiga parpol lainnya untuk "menjual" jagoan mereka.
Agus Harimurti Yudhoyono
Pria kelahiran Bandung 10 Agustus 1978 ini dikenal cemerlang di bidang akademik dan juga di bidang kemiliteran.Ia merupakan lulusan terbaik pada SMA Taruna Nusantara di Magelang kemudian masuk Akademi Militer dan menjadi lulusan terbaik pada tahun 2000 dengan menyabet penghargaan tertinggi Adhi Makayasa.Ia juga meraih gelar Master of Science in Strategic Studies dari Rajaratnam School of International Studies ,Nanyang Technological University Singapura dan juga pernah belajar di Universitas Harvard Amerika Serikat.Sekarang ia adalah Komandan Batalion Infantri Mekanik Arya Kemuning di Jakarta.
Agus adalah putra sulung Pak Sby karenanya suami Annisa Pohan ini akan "diserang"dari sisi Nepotisme nya Pak SBY yang mempromosikan putranya. Tapi karena putra SBY lah ia akan dikenal dan rasanya nama Pak SBY masih bagus di masyarakat.Kemudian karena ia muda maka segmentasi pemilih yang disasar nanti adalah kaum muda" atau pemilih muda.
Sylviana Murni
Mantan None Jakarta tahun 1981 adalah birokrat murni dan pernah menjadi Kepala Dinas Pendidikan Dasar DKI 2004-2008 kemudian juga pernah menjabat sebagai Walikota Jakarta Pusat dan sekarang wanita kelahiran 11Oktober 1957 ini menduduki jabatan Deputi Gubernur DKI Bidang Kepariwisataan dan Kebudayaan.Sebagai satu satunya wanita pada Paslon yang akan bertarung tentulah kaum perempuan menjadi sasaran utama kampanyenya nanti.Kehadiran Sylvi juga akan menutup "kelemahan"Agus yang dinilai belum punya jam terbang memimpin pemetintahan di DKI.