Lihat ke Halaman Asli

Maratul Azizah

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

Pelecehan Seksual pada Anak: Trauma yang Merusak Struktur Perkembangan Individu

Diperbarui: 2 Desember 2024   15:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pelecehan seksual terhadap anak merupakan salah satu bentuk kekerasan terburuk yang dapat menghancurkan masa depan seorang individu. Lebih dari sekedar tindak kriminal, pelecehan ini adalah perusakan sistematis terhadap struktur perkembangan psikologis, sosial dan emosional anak yang paling rentan. Pelecehan seksual terhadap anak melampui tindak pidana individu dan merupakan kejahatan sistematik. Ini adalah pelanggaran utama hak asasi manusia, khususnya hak atas perlindungan, keamanan dan itegritas diri. Fenomena ini di Indonesia telai mencapai tingkat yang mengkhawatirkan, dengan data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menunjukkan peningkatan yang signifikan setiap tahunnya.

Indonesia memiliki undang-undang yang melindungi anak. Kerangka hukum yang kuat diberikan oleh Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak. Namun demikian, implementasi hukum masih mengahadapi masalahyang rumit. Karena mekanisme pembuktian yang kompleks dan stigmatisasi sosial yang kuat, proses hukum seringkali tidak berpihak pada korban.

Fenomena pelecehan seksual anak memiliki kompleksitas yang mendalam. Bentuknya beragam, mulai dari kontak seksual langsung, pelecehan verbal, eksploitasi digital, pemaksaan aktivitas seksual, hingga penggunaan anak dalam produksi  materi pornografi. Yang paling mengkhawatirkan, mayoritas pelaku adalah orang-orang terdekat korban, seperti anggota keluarga, kerabat, atau figur otoritas yang seharusnya menjadi tempat anak merasa aman dan terlindungi.

Dari sudut pandang perkembangan, efek pelecehan seksual benar-benar menganggu perkembangan psikologis anak. Dalam teori psikoseksualnya, Sigmund Freud menjelaskan bahwa pengalaman traumatis dapat menganggu tahapan perkembangan psikoseksual anak. Anak-anak akan mengalami fiksasi, gangguan identitas seksual dan mekanisme pertahanan diri yang tidak sehat.

Teori attechment yang dikembangkan oleh John Bowlby memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana korban mengalami gangguan psikologis. Anak-anak yang mengalami pelecehan seksual secara fundamental kehilangan kepercayaan dasar mereka terhadap pengasuh mereka. Anak-anak kehilangan kemampuan untuk membangun hubungan emosional yang sehat, mengalami kesulitan untuk mengendalikan emosi mereka dan lebih cenderung mengembangkan pola ikatan yang tidak aman.

Kerugian neurologis yang disebabkan oleh pelecehan seksual juga tidak kalah mengerikan. Penelitian menunjukkan perubahan dalam struktur otak, gangguan sistem saraf, peningkatan hormon stres dan penurunan kemampuan untuk menotrol emosi. Hasil jangka panjang termasuk gangguan psikologis seperti depresi, kecemasan, gangguan stres pasca-trauma, rendah diri dan kecenderungan bunuh diri.

Korban akan menghadapi masalah yang rumit dari perspektif sosial. Mereka akan menghadapi tantangan dalam membangun hubungan interpersonal, berpotensi menjadi pelaku sekunder, menghadapi tantangan dalam membangun intimasi dan menghadapi tantangan dalam mengembangkan karir mereka.Tanpa bantuan yang tepat, lingkaran setan trauma terus berputar.

Penanganan memerlukan pendekatan holistik dan komprehensif. Dibutuhkan terapi psikologis trauma, rehabilitas sosial, pendampingan jangka panjang, dukungan keluarga dan kelompok dukungan. Pencegahan struktural harus dimulai dengan edukasi seks berbasis usia, sistem pengawasan yang ketat, pemberdayaan masyarakat dan regulasi yang tegas.

Pemulihan seseorang korban yang pernah mengalami pelecehan seksual anak adalah proses yang kompleks yang membutuhkan penggunaan pendekatan multidisipliner, tidak hanya terapi psikologis tetapi pemulihan sistem seluruh sistem psikososial individu. Terapi traumatologi kontemporer mengadopsi pendekatan holistik. Terapi kognitif-perilaku, Eye Movement Desensitization and Reprocessing (EMDR) dan intervensi berbasis naratif telah muncu. Bukan hanya menyembuhkan, tetapi juga memberikan korban kemampuan untuk menceritakan kembali kisah hidupnya. 

Pelecehan seksual pada anak adalah masalah sosial yang membutuhkan perhatian dan tindakan kolektif. Meskipun setiap korban memiliki kemampuan untuk oulih, mereka membutuhkan dukungan menyeluruh dari seluruh sistem sosial. Semua orang bertanggung jawab untuk menjaga anak-anak agar tidak mengalami trauma yang merusak masa depan.  Pelecehan seksual anak bukan hanya tanggung jawab hukum atau psikologis. Ini adalah perjuangan moral untuk memulihkan martabat dasar kemanusiaan. Setiap tindakan pecegahan, intervensi dan dukungan adalah investasi untuk menjaga generasi mendatang dari kerusakan.

Kita hanya dapat membantu para korban memulihkan diri dan mencegah tindak kekerasan yang merusak martabat kemanusiaan ini dengan menggunakan pendekatan yang tulus, empati dan berkelanjutan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline