Di depanku, warna-warna bergejolak, bentuk-bentuk berubah dan berpindah tempat. Sebuah bentuk persegi panjang membatasi semua bentuk-bentuk yang bergejolak.
Bentuk-bentuknya mengambil mataku dan memikatku untuk tidak berhenti. Seluruh tubuhku tidak bergerak melainkan kedua tanganku yang bergeser dan memencet tombol-tombol di depanku.
Apa yang aku alami sekarang tidak ingin kutinggalkan. Aku tidak ingin memikirkan apapun selain gairah yang aku alami sekarang ini. Aku tidak ingin ini untuk berakhir. Kemudian semuanya berhenti, sebab aku mati.
Aku sedang memainkan video game fps favoritku. Karakter yang aku mainkan baru saja mati, dan aku menjadi sadar lagi. Aku menjadi sadar akan lingkungan sekitarku. Kamarku gelap, jari pendek jam menunjukkan angka satu. Aku memainkan permainanku untuk berjam-jam tanpa henti.
Terakhir aku sadar akan lingkungan sekitarku, suasana masih cerah. Aku baru sadar untuk seberapa lama aku bermain. Aku memutar kepalaku dan melihat tempat tidur di belakangku.
Untuk setiap detik aku melihatnya aku makin terdorong untuk berbaring di atasnya. Akhirnya aku menyerah. Aku mematikan komputer dan tidur, mengakhiri malam singkat ini.
Pada esok hari, aku bangun jam 8 pagi. Aku anak SMA jadi seharusnya aku sekolah, tetapi akibat suatu tragedi aku diizinkan orang tuaku untuk seminggu. Aku tergeletak di atas kasur. Otakku yang masih kantuk tidak memikirkan apapun. Aku tidak peduli apa yang dipikirkan, kecuali bukan tentang tragedi itu.
"Sola, kamu udah bangun belum?"
Ibuku masuk kamarku dan melihat aku berbaring di atas tempat tidurku.
"Aku gapapa mama."
"Mau telur gak?"