Peer learning atau tutor sebaya adalah pendekatan pendidikan yang menekankan pentingnya belajar bersama dalam komunitas. Dalam konteks belajar musik, terutama instrumen tradisional seperti kolintang, tutor sebaya bukan hanya melatih keterampilan teknis, tetapi juga membangun kebersamaan, saling percaya, dan kolaborasi. Filosofi tutor sebaya mengedepankan bahwa pembelajaran menjadi lebih efektif dalam suasana yang mendukung, di mana setiap individu berbagi ilmu dan pengalaman, menciptakan pembelajaran yang interaktif dan relevan.
SMA Regina Pacis Jakarta menghidupkan filosofi ini melalui workshop kolintang yang diadakan pada Senin, 23 September 2024. Kegiatan ini melibatkan peserta ekstrakurikuler kolintang yang menjadi tutor sebaya bagi delapan siswi Sacred Heart Girls College, Melbourne, dalam rangka program study tour. Bagi para siswi Sacred Heart, ini adalah kesempatan langka untuk belajar musik tradisional Indonesia langsung dari teman sebaya mereka.
Workshop berlangsung selama kurang lebih tiga jam, di mana peserta didik SMA Regina Pacis dengan sabar mengajarkan teknik dasar, ritme, dan harmoni kolintang. Mereka menciptakan suasana belajar yang akrab dan penuh dukungan, membuat pengalaman belajar kolintang terasa menyenangkan dan tidak membebani. Tutor sebaya dari Regina Pacis tidak hanya mengajarkan cara memainkan nada, tetapi juga mengajak para siswi Australia merasakan esensi musik kolintang sebagai media ekspresi dan kebersamaan.
Selama workshop, interaksi antara peserta berlangsung dengan sangat baik. Siswi Sacred Heart yang awalnya tidak mengenal kolintang, secara perlahan mulai memahami dan menikmati proses belajarnya. Para tutor sebaya berhasil menciptakan lingkungan yang menyenangkan, di mana pembelajaran menjadi sebuah petualangan yang penuh makna. Kebersamaan ini membuat mereka merasakan semangat kolaboratif yang kuat, dan meski waktu latihan hanya tiga jam, kedelapan siswi dari Australia tampak sangat antusias dan bahagia.
Pada Rabu, 25 September 2024, pada acara farewell yang diadakan di ruang senam SMA Regina Pacis Jakarta, para siswi Sacred Heart menampilkan hasil belajar mereka dengan membawakan lagu daerah Indonesia, "Sipatokaan." Meski baru mempelajari kolintang dalam waktu singkat, penampilan mereka berhasil memukau penonton. Setiap nada yang mereka mainkan terdengar harmonis, seolah menunjukkan kedekatan hati dan semangat belajar yang telah terbentuk selama workshop.
Riuh tepuk tangan menggema di ruangan, mengiringi setiap alunan lagu yang dibawakan dengan penuh percaya diri. Para siswi tampil dengan sangat memikat, menunjukkan betapa efektifnya pembelajaran berbasis tutor sebaya. Mr. Dalton, Kepala Sekolah Sacred Heart Girls College, sangat terpukau dengan penampilan anak didiknya. Ia menyatakan kekagumannya bahwa siswinya bisa tampil begitu memukau meski hanya belajar kolintang selama tiga jam. Menurutnya, ini adalah bukti nyata bahwa metode tutor sebaya sangat efektif, bahkan dalam konteks lintas budaya.
Pengalaman ini memperlihatkan bahwa tutor sebaya bukan hanya metode belajar, tetapi juga cara membangun koneksi emosional dan memperkuat ikatan antarbudaya. Melalui musik, para peserta belajar menghargai perbedaan dan menemukan kesamaan. Bagi siswi Sacred Heart, workshop ini bukan sekadar tentang belajar kolintang, melainkan juga tentang persahabatan dan rasa kebersamaan yang mereka rasakan selama berada di Indonesia.
Tutor sebaya telah membuktikan bahwa belajar bersama dapat menciptakan pengalaman mendalam yang penuh kebersamaan. Kegiatan ini mengajarkan bahwa pendidikan tidak hanya terjadi di dalam kelas, tetapi juga melalui kolaborasi dan interaksi langsung. Workshop kolintang ini bukan hanya sekadar kegiatan, tetapi pelajaran tentang pentingnya kerjasama dan dukungan antarindividu.
Penampilan memukau para siswi Sacred Heart di acara farewell ini menutup rangkaian pengalaman berharga yang tak terlupakan. Kolintang, lebih dari sekadar instrumen musik, menjadi simbol persahabatan, kerjasama, dan harmonisasi antarbudaya. Dari workshop tutor sebaya hingga penampilan yang memukau, para siswi berhasil menunjukkan bahwa musik dapat menjadi jembatan yang menghubungkan hati dan mempererat persahabatan lintas budaya. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H