Lihat ke Halaman Asli

Yulius Maran

Educational Coach

Sosok Pater Markus, SVD: Imam Indonesia di Sisi Paus Fransiskus selama Kunjungan di Indonesia

Diperbarui: 5 September 2024   11:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Indonesia Papal Visit.Com

Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia pada 3-6 September 2024 menjadi momen penting dan bersejarah bagi umat Katolik di Indonesia. Ini adalah kunjungan Paus pertama sejak Paus Yohanes Paulus II berkunjung pada tahun 1988, 36 tahun yang lalu. Di tengah momen ini, sosok Pater Markus Solo Kwuta, SVD, muncul sebagai figur kebanggaan nasional yang mendampingi Paus Fransiskus sebagai penerjemah dan penasihat dalam dialog antaragama. Pater Markus, seorang imam asal Indonesia dengan darah Lamaholot dari Lewouran, Flores Timur dan keturunan Pulau Solor dari pihak ibunya, merupakan simbol kebanggaan bangsa Indonesia di kancah internasional.

Pater Markus Solo Kwuta: Putra Lamaholot yang Mendunia

Pater Markus Solo Kwuta lahir pada 15 Juni 1968 di Lewouran, sebuah kampung di bawah lereng Gunung Kembar Lewotobi, Flores Timur. Ia berasal dari garis keturunan Lewouran dari ayahnya dan darah Solor dari ibunya. Kedua wilayah ini, yang berada di ujung timur Pulau Flores dan di Pulau Solor, adalah pusat tradisi Lamaholot yang kaya akan budaya dan iman Katolik.

Sebagai imam dari Kongregasi Serikat Sabda Allah (SVD), Pater Markus kini bertugas di Vatikan dan dipercaya sebagai penasihat Paus dalam dialog antaragama, khususnya dalam hubungan dengan umat Muslim. Peran ini sangat penting, mengingat dialog antaragama adalah salah satu agenda utama Paus Fransiskus dalam membangun perdamaian dan persatuan dunia. Pater Markus, yang fasih dalam berbagai bahasa termasuk Arab, selalu mendampingi Paus dalam kunjungan ke negara-negara mayoritas Muslim, seperti halnya Indonesia saat ini, 3-6 September 2024.

Sebagai seorang putra bangsa Indonesia, Pater Markus membawa semangat Lamaholot dalam tugas-tugasnya, memperlihatkan bahwa Indonesia memiliki tokoh-tokoh besar yang berperan aktif di panggung dunia. Perannya di Vatikan tidak hanya mengharumkan nama Indonesia, tetapi juga membawa pesan tentang pentingnya dialog antaragama dalam membangun dunia yang damai.

Solor: Titik Awal Kekatolikan di Indonesia

Kaitan Pater Markus dengan Solor juga memberikan sentuhan sejarah yang mendalam. Pulau Solor, tempat asal ibunya, adalah lokasi di mana agama Katolik pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada abad ke-15 oleh bangsa Portugis. Misi Portugis di Solor membuka jalan bagi penyebaran Kekatolikan di Nusantara, menjadikan pulau ini salah satu pusat misi Katolik pertama di wilayah Indonesia timur.

Pada masa itu, bangsa Portugis membawa misi penyebaran agama Katolik sekaligus memperkenalkan nilai-nilai budaya Eropa. Solor menjadi gerbang bagi misionaris Katolik, dan hingga kini, jejak misi tersebut masih kuat terasa di pulau tersebut. Bagi Pater Markus, asal-usul keluarganya dari Solor menjadi pengingat akan sejarah panjang Kekatolikan di tanah kelahirannya dan menjadi warisan iman yang kuat.

Warisan Lamaholot dan Nilai-Nilai Lokal

Sebagai putra dari Lewouran dan keturunan Solor, Pater Markus tidak hanya mewarisi iman Katolik, tetapi juga nilai-nilai luhur masyarakat Lamaholot. Masyarakat Lamaholot, yang tersebar di Flores Timur dan Solor, dikenal dengan solidaritas, gotong royong, serta kearifan lokal yang menghargai keberagaman. Di tengah kehidupan yang penuh perbedaan agama dan budaya, masyarakat Lamaholot selalu mengutamakan keharmonisan dan persatuan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline