Pendidikan adalah fondasi bagi kemajuan sosial dan individual. Di tengah tantangan kompleks dan dinamika pembelajaran, para guru memiliki peran penting dalam membimbing siswa melalui proses pembelajaran yang bermakna. Namun, untuk mencapai efektivitas penuh dalam mengajar, guru perlu memperkuat alasan atau "mengapa" di balik apa yang mereka lakukan.
Konsep ini tidak hanya didukung oleh intuisi, tetapi juga oleh teori manajemen terkemuka seperti yang dikemukakan oleh Simon Sinek dalam bukunya yang berjudul "Start with Why". Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi mengapa memperkuat "mengapa" menjadi kunci dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, dengan merujuk pada perspektif Golden Circle.
Mengenal Golden Circle
Simon Sinek, seorang penulis dan pembicara motivasi, mengusulkan konsep Golden Circle yang terdiri dari tiga lapisan: "Mengapa" (Why), "Bagaimana" (How), dan "Apa" (What). Menurut Sinek, kebanyakan organisasi atau individu memulai dari luar ke dalam, mulai dari "Apa" (What), kemudian "Bagaimana" (How), dan jarang sekali memperkuat "Mengapa" (Why).
Apa (What): Ini adalah apa yang dilakukan sebuah organisasi atau individu. Ini adalah produk atau layanan yang mereka tawarkan, atau tindakan yang mereka lakukan.
Bagaimana (How): Ini adalah cara atau proses yang digunakan untuk melakukan apa yang mereka lakukan.
Mengapa (Why): Ini adalah alasan eksistensial, tujuan, atau kepercayaan yang mendasari tindakan mereka. Ini adalah inti dari motivasi dan inspirasi.
Sinek menegaskan bahwa organisasi atau individu yang paling berhasil adalah yang memulai dari "Mengapa" dan bekerja ke luar, memberikan arti yang lebih dalam bagi apa yang mereka lakukan. Bagaimana konsep ini dapat diterapkan dalam konteks pendidikan, khususnya dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran?
Mengapa Guru Perlu Memperkuat WHY?
Ada beberapa alasan mengapa guru perlu memperkuat WHY dalam pembelajaran:
1. Menghubungkan Pembelajaran dengan Kehidupan Sejati