Membaca tulisan rekan saya Aldimas, saya ingin berbagi kisah juga. Dengan berbagai kecamuk rasa, saya coba tuliskan di sini.
Bayangkanlah sebuah desa yang jauh dari keramaian kota. Alam liar masih perawan. Anak-anak kecil bertelanjang kaki, berbaju seadanya. Saya bagian dari mereka, dan sangat beruntung bisa menimba ilmu hingga capai gelar Sarjana Ekonomi dari Universitas Cendrawasih.
Iramawa raurande isaineno
Aie… Daie kidoniwo yetimuru
Iramawa imesiri, nanunei
Aie… Daie kidoniwo yetimuru
Tapi saya hanya sedikit sekali dari warga Papua yang bisa kuliah. Semua di desa kami serba mahal. Sembako, pakaian, apalagi buku-buku. Sebab semua didatangkan dari Tanah Jawa, biayanya tinggi sekali. Kapal yang membawanya harus transit berkali-kali. Jangankan bersekolah tinggi, sebagian besar dari kami harus berpikir keras agar bisa membeli kebutuhan pokok. Andaikan saya bisa membantu mereka, kami, warga Indonesia Timur. Kitorang orang Papua juga pu cita-cita mau maju.
Saya lahir di Vanimo, Papua New Guinea, 29 Januari 1989. Belasan tahun keluarga saya di sana, hingga akhirnya kembali ke Yapen, lalu Jayapura. Jangan tanya bagaimana kondisi kami. Jika dibandingkan dengan kota-kota di Indonesia Barat, pastilah jauh tertinggal. Inilah yang membuat saya selalu tergugah, kapan gerangan kami bisa semaju Indonesia Barat? Ini juga yang membuat saya sangat bersemangat bersekolah, lalu kuliah, tanpa peduli betapa susah hidup kami. Pace dan mace sa kerja keras agar sa bisa sekolah tinggi.
Senyum saya terkuak lebar ketika tahun 2013 lolos dalam penerimaan karyawan Pelindo II, yang sengaja diadakan bagi warga Indonesia Bagian Timur. Saya, putra Serui, di Kepulauan Yapen, Papua, bisa mengabdikan diri di dunia kepelabuhan Indonesia. Waktu itu saya ditempatkan sebagai staf Manager di Pelabuhan Teluk Bayur Divisi Usaha Terminal. Sekarang saya dipercaya di bagian pelayanan Multipurpose Divisi Usaha Terminal Pelabuhan Teluk Bayur, Sumatera Barat.
Selama di Pelindo II, saya lihat visi perusaaan kami sangat luar biasa. Pelindo II ingin mengintegrasikan semua pelabuhan di Indonesia, dari barat sampai timur. Apalagi dengan rencana pembangunan Pelabuhan Sorong, Papua Barat. Terbayang, andai proyek itu direalisasikan, warga Papua akan sangat terbantu. Sudah saatnya kami punya pelabuhan besar yang bisa menerima kapal-kapal besar, sehingga pengiriman logistik dari Tanah Jawa tak harus berkakli-kali transit. Sehingga semua kebutuhan kami bisa dijangkau secara ekonomi. Masyarakat Papua selalu menantikan kapan mereka bisa merasakan apa yang di rasakan masyarakat yang ada di Indonesia Barat. Dengan adanya pembangunan pelabuhan di Sorong, maka warga Papua memiliki lapangan pekerja. Hal ini sangat membantu kami masyarakat Papua untuk mendapatkan peluang kerja.
Indonesia itu bukan hanya Tanah Jawa, Indonesia itu dari Aceh hingga Papua. Maka pembangunannya harus merata. Kalimat ini selalu terngiang di telinga saya, setiap teringat sosok pimpinan kami.