Lihat ke Halaman Asli

Marahalim Siagian

TERVERIFIKASI

Konsultan-sosial and forest protection specialist

Torsiaje dan Orang Bajo Dipelukan Teluk Tomini

Diperbarui: 17 Agustus 2020   14:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terputus dengan daratan lalu lintas manusia dan barang ke pemukiman Bajo di Torsiaje laut menjadikan perahu asset penting rumah tangga (Gambar Marahalim Siagian)

Teluk Tomini merupakan teluk terbesar di Indonesia yang berada di kepala Pulau Sulawesi yang  berbentuk huruf K itu. Berpangkal dari Sulawesi Tengah dan berujung di Sulawesi Utara, ditengahnya adalah Gorontalo.  Panjang garis pantainya kurang lebih 1.350 kilo meter dengan luas perairan laut sekitar  137.700 kilo meter persegi.

Teluk Tomini adalah perairan semi tertutup yang di dalamnya terdapat 90 pulau dan rangkaian pulau-pulau, bagian dari yang disebut ekosistem Wallacea, landscape keragaman hayatinya luar biasa kaya sekaligus terancam.

Guna memberikan perlindungan yang lebih kuat pada keragaman hayati laut di Teluk Tomini, di bagian utara seluas 890 km persegi (89.000 ha) telah dikelola dalam rejim pengelolaan Taman Nasional Laut-Bunaken dan Taman Nasional Kepulauan Togean di Sulawesi Tengah seluas 3.626 km persegi.  Seluas 292.000 hektar diantaranya adalah ekosistem laut sisanya ekosistem darat seluas 70.000 hektar.

Dipelukan Teluk Tomini, terdapat komunitas Orang Bajo mulai dari Kepulauan Togean di Sulawesi Tengah hingga Kepulauan Bunaken di Sulawesi Utara. Gorontalo yang berada diantara Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara, terdapat dua komunitas Orang Bajo yakni; Bajo di pesisir Tilamuta Kabupaten Boalemo dan Bajo di Torsiaje Kabupaten Pohuwato---Provinsi Gorontalo 

Orang Bajo umumnya membentuk pemukiman di pesisir pantai dengan mata pencaharian yang berorientasi ke laut. Sumber daya terpenting yang menyokong penghidupan mereka adalah ikan  dan biota laut  yang berasosiasi dengan ekosistem mangrove, padang lamun,  dan terumbu karang.

Duduk disore hari sambil menyantap mie rebus lalu menyeruput kopi hitam yang panas dengan suguhan pemandangan yang indah di sekeliling kita (Gambar: Marahalim Siagian)

Orang Bajo di Torsiaje

Di atas padang lamun yakni perairan dangkal yang airnya hangat dengan dasar laut yang berpasir, ditumbuhi rumput dan jenis tumbuhan dari bangsa Alismatales, berdiri rumah-rumah panggung, aneka ragam warnanya, ratusan jumlahnya. 

Berderet dan berbanjar, satu dengan lainnya saling terhubung,  kompak dalam satu hamparan, dihuni oleh sekitar 1.000 jiwa atau 400an rumah tangga, mayoritas penghuninya adalah orang Bajo. Kampung ini bernama Torsiaje.

Anak-anak Bajo yang sehat, riang serta ramah pada pengunjung (Gambar: Marahalim Siagian)

Pemukim Bajo di Torsiaje diperkirakan sudah ada sejak tahun 1901. Sekarang, penduduknya mekar,  sudah terbentuk dua desa lagi sehingga terdapat tiga desa berpenduduk Bajo. 

Berada dalam tiga desa berbeda, orang Bajo membingkai tiga desa itu dengan menyebut tiga rumpun Bajo. Tiga rumpun Bajo yang dimaksud : Desa Tossiaje Laut, Desa Bumi Bahari, dan Desa Torsiaje Jaya bagian dari Kecamatan Popayato, Kabupaten Pohuwato, Propinsi Gorontalo.

Dua desa yang disebut terakhir adalah warga Bajo keturunan dari pemukim awal yang berasal dari Torsiaje laut. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline