Lihat ke Halaman Asli

Marahalim Siagian

TERVERIFIKASI

Konsultan-sosial and forest protection specialist

[Utang Resolusi 2019] Satu Tomat Busuk, Dua Mungkin Busuk

Diperbarui: 12 Desember 2019   11:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar StudiIlmu.com

Desember sudah masuk minggu kedua, perayaan-perayaan Natal sudah mulai. Waktu efektif tersisa tinggal 10 hari lagi. Ada beberapa resolusi tahun 2019, tiga dari resolusi itu mungkin tidak terwujud. Satu bahkan sudah jadi tomat busuk.

Sesuatu yang sudah direncanakan namun tak terwujud atau terwujud namun hasilnya tak memuaskan, hal semacam itu saya sebut "tomat busuk". 

**

Satu Tomat Busuk 
Tahun lalu tetangga satu kompleks perumahan menawarkan tanahnya. Tanah kebun lahan kering seluas 1 hektar yang sementara tidak diusahakan. Istrinya Pegawai Negeri Sipil, dia sendiri punya usaha rumahan buat roti-roti buatannya lumayan laris serta dipasarkan tidak jauh-jauh, di Kota Marisa dan sekitarnya saja.

Saat ditawarkan pertama kali, saya tidak langsung bilang iya. Soalnya, saya punya pengalaman pahit beli tanah namun bermasalah. Hal itu membuat saya ekstra hati-hati, ternyata banyak tanah di sekitar Kota Marisa Kabupaten Pohuwato Propinsi Gorontalo yang statusnya masih tanah "budel" (tanah warisan yang belum dibagi).

Kali kedua, beliau menanyakan lagi, apakah serius membeli tanahnya. Demi menjaga perasaan serta karena istrinya saya kenal baik, saya coba "korek-korek" dulu mengapa tanah itu di jual.

Menurutnya, tanahnya ada 4 tempat, dia tidak bisa mengurusnya. Tanah yang hendak dijual pernah digarap orang lain, ditanami jagung namun bagi hasilnya tidak memuaskan. 

Uang penjualan tanah itu rencananya akan dibelikan tanah lagi karena ada orang yang menawarkan tanah yang lebih murah, satu hamparan dengan tanahnya yang lain. Alasannya masuk akal.

Saya tanya lokasi tanah itu, disebutkan di Desa Teratai Kecamatan Marisa--dekat dengan unit daur ulang plastik UPST Kota Madani yang kami operasikan awal tahun ini [dapat dibaca pada tautan ini].

Otak saya langsung berputar-putar, saya ingin tanah itu, tapi belum cukup uang untuk membayar sebesar yang beliau tawarkan.

Hal yang saya pikirkan adalah saya bisa memanfaatkan kompos yang melimpah-limpah di UPST (unit pengolahan sampah terpadu) buat usaha ternak kambing di lahan itu dengan sistem tanaman pakan intensif. 

Pupuk kompos dari UPST hampir gratis, setiap hari ada. Jangankan untuk satu hektar untuk 50 hektar pun masih cukup. Sabtu dan minggu libur kerja dan saya masih bolak-balik untuk mensupervisi unit pengolahan sampah plastik yang baru kami launching. Bintang Kejora!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline