Siapa Orang Polahi? Mereka banyak dibicarakan atau diberitakan, namun masih tergolong minim penelitian tentang mereka. Banyak berita di media cetak maupun situs online membicarakan praktik kawin inses atau boleh menikahi saudara kandung sendiri.
Saya sendiri penasaran. Apa betul ada masyarakat macam itu? Komunitas yang kawin-mawin dengan sesama saudaranya sendiri?
Antara tahun 2000-2017, ada selusin lebih sukubangsa berbeda yang saya kunjungi dan teliti di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua (Batak Toba, Orang Rimba atau Suku Anak Dalam, Batin Sembilan, Melayu Jambi, Talang Mamak, Orang Laut di Selat Malaka, Orang Bakumpai di Barito Kuala, Dayak Punan di Sungai Malinau dan Tubu, Orang Mandar di Mamuju, Kaili Bunggu di pengungan Donggala, Irarutu, Sumuri, dan beberapa kelompok sukubangsa di "kepala burung" Papua Barat. Tak satupun dari suku bangsa itu yang punya budaya kawin inses, adat yang membolehkan bapak boleh mengawini anaknya, anak laki-laki dengan ibunya, sasama saudara kandung saling mengawini.
Melacak Keberadaan Polahi
Sekira percakapan publik tentang kawin inses atau kawin-mawin dengan saudara kandung sendiri adalah hoax, maka salah satu cara untuk membersihkan hoax dari ruang publik adalah dengan bertemu langsung dengan komunitas Polahi.
Meneliti kebenarannya dari sumber pertama, masyarakat Polahi itu sendiri.
Saya membuat ekspedisi kecil akhir tahun 2016. Tujuan utama ekspedisi ini antara lain untuk melacak kebaradaan komunitas Polahi serta persebarannya di hutan Gorontalo. Memastikan apakah mereka ada di kelompok hutan Popayato-Paguat.
Kelompok hutan Popayato-Paguat adalah hutan produksi bekas HPH (hak penguasaan hutan) yang bersambung dengan Cagar Alam Panua--tempat Burung Maleo, Suaka Margasatwa Nantu--suaka Babi Rusa serta Anoa, serta sembilan hutan lindung dalam satu kesatuan di bagian barat Propinsi Gorontalo.
Hutan bekas tebangan HPH itu ingin dipulihkan agar dapat mendukung penghidupan masyarakat yang ada disekitarnya serta rumah bagi keragaman hayati, termasuk burung dan fauna langka Indonesia.
**
Setahun sebelum kami melakukan ekspedisi, saya mengumpulkan serta mempelajari bahan dari sumber sekunder serta menanyai penduduk yang bermukim di sekitar hutan blok Popayato-Paguat.