Lihat ke Halaman Asli

Aku, Ayah, dan Ibu

Diperbarui: 6 Maret 2024   02:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kompasiana/Adam rachman

Akhirnya ayah kembali menemui cinta sejatinya yang telah lebih dulu meninggalkan ia delapan tahun yang lalu, tepatnya 25 April 2016 silam.

Sejatinya, ayah bagiku sosok yang menemani seluruh keresahan dan kebahagiaan ibu semasa hidupnya.

Sejatinya pula, ibu bagiku sosok yang paling sabar dan penyayang untuk ayah sampai ia mendahuluinya menuju pusara.

Mereka berdua panutan pertama untuk kami ke delapan anaknya.

Mungkin aku sebagai anak lelaki bungsu yang paling bahagia karena cinta kasih mereka.

Mungkin juga, aku yang paling cengeng karena ditinggal sang ibu di masa remaja. Sementara ayah merangkai cerita pengusir sedih dengan keluarga barunya.

Semasa hidup mereka berdua, Ibu terus menemani emosi manja sang ayah. Sementara ayah tak bisa digambarkan raut kesedihan ketika ibu meninggalkannya.

Namun, ungkapan cinta sejati kudengar secara nyata. ketika itu, ayah menitip pesan untuk tinggal selamanya bersama ibu di dalam pusara yang sama.

Tempat Pemakaman Umum Kebun Bunga Palembang bagiku tempat paling romantis yang pernah ada. Di sana juga, aku merasa hangat seperti didekap keduanya.

Seperti Ainun dan Habibie, ayah dan ibu juga kekal abadi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline