Bu, anak bungsu yang kau lahirkan 26 tahun lalu kini gundah bu.
Beberapa waktu belakangan ini, kehampaan terus menggerogotinya. Entah apa sebabnya.
Bu, rumah yang dihuni dengan keramaian nan kesederhanaan kini berubah. Suasana riuh sekarang sunyi. Dapur yang ramai, kini sepi. Kamar yang ditempati, kini dibiarkan usang.
Namun, pohon pisang, serai, serta daun sirih masih tumbuh lebat seiring waktu yang berlalu.
Ibu, delapan anakmu sekarang sudah menjajaki hidup masing-masing. Begitupun lelaki yang menemanimu sepanjang hari.
Semuanya tampak baik baik saja. Ayah masih bergelut dengan masa tua bersama keluarganya. Ke tujuh anak yang lainnya sudah hidup sewajarnya. Hanya putera bungsumu yang masih hampa.
Setelah 20 hari ke depan bulan ramadhan. Sepertinya kesedihan makin dalam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H