Lihat ke Halaman Asli

Jokowi, Mas Karebet Atau Sekedar Kabaret?

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ditengah segala pro dan kontra, menjelang pemilihan presiden. Menulis, membicarakan atau malah memperdebatkan seorang Joko Widodo (Jokowi) selalu menjadi hal yang seksi. Sekedar menulis sosok tersebut, saya berharap semoga tulisan ini tetap berada dititik netral, bukan yang menghina tapi jelas tidak memuja seorang Jokowi.

Jokowi, mengingatkan saya pada dua tokoh yang pernah tenar di Jagat Nusantara. Satu tokoh tersebut hidup dimasa lalu, dan kita mengenalnya sebagai  Joko Tingkir (Mas Karebet). Kemudian yang kedua adalah Veri Affandi sang pemenang kontes pencarian bakat disalah satu stasiun televisi swasta beberapa masa silam.

Jokowi mengingatkan saya pada Joko Tingkir karena dua alasan. Pertama karena namanya yang sama-sama di awali dengan Joko. Kedua, takdir hidup mereka mungkin saja akan sama menjadi raja walau dalam dimensi bentuk dan waktu yang berbeda.

Joko Tingkir adalah tokoh besar dijamannya, hal itu dibuktikan dengan kemampuannya mendirikan kerajaan Pajang. Joko Widodo pun tak bisa dinafikan keberhasilannya dalam membangun kota Solo selama masa kepemimpinannya di daerah itu.

Dalam Babad Tanah jawi di ceritakan Joko Tingkir adalah seorang pemuda yang pandai menarik simpati orang lain. Bahkan Raja Demak Trenggana sangat kagum olehnya sehingga dia diangkat menjadi kepala prajurit demak berpangkat Lurah Wiratama. Entah kebetulan atau tidak, siapa pun di negara Indonesia saat ini, pasti tak akan mampu menyangkal kemampuan seorang Joko Widodo dalam meraih simpati masyarakat luas. Simpati itulah yang membuat PDIP (Partai Demokrasi Indonesia perjuangan) dan Gerindra bersepakat mencalonkannya menjadi Gubernur DKI Jakarta periode 2012-2017. Terbukti, dia mampu mempecundangi Cagub incumbent saat itu.

Joko Tingkir, dari kisah hidupnya tercermin bahwa dia adalah seorang politikus yang licin. Namanya sempat tercoreng di Demak karena membunuh seorang calon tamtama prajurit demak, bernama Dadung Awuk. Namun berkat kecerdikannya(konon) dia mampu meraih simpati dari Sang Raja karena berhasil membuat rekayasa huru-hara dengan kerbau gila.

Sebagai sang konseptor Huru-hara dia tentu mampu menaklukkan kerbau gila dengan mudah. Dalam cerita diungkapkan dia menggunakan tanah kuburan yang dimasukkan ke dalam telinga kerbau setelah diberi mantera.

Namun, saya mencoba melihat kejadian tersebut secara lebih logis. Sebagai seorang yang berlatar belakang kedokteran hewan, saya sedikit punya pengalaman serupa dengan hal ini. Dari hasil wawancara saya dengan seorang petani tua di sebuah wilayah di tempat saya bertugas. Terkadang Petani tua tersebut mengerjai sapi milik orang lain yang masuk ke ladangnya dan memakan tanamannya dengan memasukkan sejenis serangga ke dalam (maaf) anus atau telinga sapi. Akibatnya Sapi tersebut akan berlarian seperti sapi gila. Mungkin, hal serupa dilakukan oleh Joko Tingkir.

Selain itu dia semakin dipuja karena mampu membasmi siluman buaya. namanya siluman tentu lewat kisah kebohongan pun orang saat itu bahkan kita yang hidup diera digital saat ini bisa saja percaya. Benar atau salah, semua membuktikan bahwa Joko Tingkir adalah politisi ulung.

Jokowi pada pemilu lalu mendapat kepercayaan begitu besar dari partainya, PDIP, dan menjadi harapan besar untuk mampu mengangkat perolehan suara partai secara nasional dengan target sekitar 26 %. Namun, suara partai masih dibawah 20 % (hasil hitung cepat). Ini bagaikan Joko Tingkir membunuh Dadung Awuk. Selain itu banjir dan kemacetan serta keruwetan Ibu kota Jakarta yang telah diamanahkan rakyat Jakarta padanya bisa membunuh lebih banyak Dadung Awuk yang lain. Lalu apakah Joko Widodo akan mampu meraih simpati kembali layaknya Joko Tingkir dimasa lalu? entahlah. Huru-Hara Kerbau gila sangat sulit dijaman ini apalagi dikota-kota besar.  Yang pernah ada dan ramai menyedot perhatian publik adalah huru-hara Sapi Impor yang didalamnya sudah termasuk juga beberapa siluman Buaya Darat. Walau itu cukup meningkatkan pamor Joko Widodo sebagai "harapan satu-satu nya", tapi itu sudah lewat.

Namun sepertinya mantera tanah kuburan telah masuk dalam telinga banteng moncong putih. Buktinya Joko Widodo telahdi calonkan oleh PDIP. Mantera serupa disebar lewat media kesegenap penjuru negeri. Mantera berupa Polling dan survei silih berganti dihembuskan mengetuk hati pemirsa dan pembaca media. Padahal bisa saja semua itu adalah siluman. Siluman yang hidup bukan pada jaman Joko Tingkir. Pada bagian ini saya sungguh melihat Joko Tingkir dalam diri Joko Widodo.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline