Lihat ke Halaman Asli

Moving as Millions, Surviving as One *)

Diperbarui: 26 Juni 2015   05:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

DI AIR DAN DI UDARA

Kawan, IKAN-IKAN itu bersatu dalam sebuah gumpalan raksasa yang amat solid.

Setiap satu gerakan kecil memicu 'tarian berantai' yang kompak dan gesit, sehingga gumpalan itu tampak seakan berdenyut. Tak ada yang saling bertabrakan, seolah jutaan ikan itu memiliki satu jiwa dan satu pikiran. Dalam ukuran yang demikian besar, mereka tak mudah dikalahkan.

Tarian senada juga ditampilkan oleh para BURUNG yang sedang melakukan perjalanan migrasi.

Formasi demi formasi diperagakan, bagaikan mengikuti sebuah rancangan koreografi. Dalam skuadron semacam ini, setiap individu tiba-tiba melupakan diri mereka. Makan, minum dan istirahat ada waktunya, bahkan rasa penat dan sakit pun tak dirasa."Kecerdasan individual mereka tidak tinggi", kata para ilmuwan yang segera akan berkumpul di Prancis untuk membahas lebih jauh tentang fenomena ini. "Tapi setelah menjadi satu tubuh organik yang besar, tiba-tiba muncul swarm intelligence (kecerdasan kolektif)yang luar biasa".

DI ANTARA DAPUR DAN HALAMAN

Lalu ada SEMUT, pejuang kecil yang tak kenal takut. Mereka sangat terorganisir, bermotivasi tinggi, fokus pada tujuan, team players, pekerja keras, serta sangat memahami waktu. Mereka berpikir sebagai individu ketika sedang terpojok sendirian di telapak tangan kita. Tapi ketika bersama-sama, mereka adalah 'anggota kerajaan' dengan satu jiwa. Bahkan perut mereka dua; satu untuk diri sendiri, satu lagi berisi makanan untuk dibagikan.

"Daya juang semut jauh lebih besar daripada yang dimiliki manusia", kata Bernard Werber, seorang Yahudi Prancis."Semut dapat hidup bersama dalam solidaritas yang amat tinggi, sekaligus melupakan diri mereka. Sementara itu, dalam masyarakat manusia yang kapitalis, setiap orang adalah egois dan nyaris terisolasi", katanya.

Werber lalu melanjutkan : "Tentu saja manusia sekarang sulit menjadi bagian dari komunitas, karena kita masih memelihara mental budak ala bangsa Israel di Mesir dulu, yaitu penuh rasa takut dan terlalu terkendali."

Kawan, jangan-jangan serangga mungil berikut ini adalah mahluk yang paling kosmosentris di dunia ini, mengalahkan mereka yang lebih berkuasa tapi masih antroposentris, etnosentris, bahkan egosentris.

LEBAH adalah satu-satunya serangga yang memproduksi makanan unggulan dan bahan obat-obatan bermutu tinggi bagi manusia; itupun mereka lakukan sambil menyerbuki bunga dan memperluas pertumbuhan berbagai tanaman. Tak heran jika Einstein saja berkata: "Jika lebah punah, punah jugalah kehidupan manusia dalam waktu 4 tahun !"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline